Diskusi Filem Indonesia

  14 Aug 2012, 17:17

LEBIH SENANG FILM BARAT

Filem "Soegija" baru saja diputar dan mendapat sambutan hangat. Di mana-mana menjadi pembicaraan, tak terkecuali Paroki MMS, Maria Munggah Swargo. Komsosnya mengadakan diskusi tentang filem. Diskusi yang dimoderatori oleh Robertus Boe Boen Soe ini juga menghadirkan Fransiscus Jusuf Dowo Kolore, seorang pemandu andal.

Terjadilah debat seru. Seputar analisis, apresiasi yang diambil dari teori-teori sok-sial, eh, sosial. Maklum di komsos ini banyak orang pinter, terutama kalau sudah ngritik hasil karya orang. Ada pendapat film Soegija jangan dijadikan indikator kemajuan filem Indonesia.

Dalam suasana seru itu, Jusuf hanya diam saja. Tidak seperti biasanya yang selalu "sok tahu". Maka bertanyalah moderator.

Moderator: Sekarang giliran Pak Jusuf. Dia pasti punya teori-teori unggulan!

Jusuf: Ah, nggak! Aku tidak suka filem Indonesia.

Moderator: Suka nggak suka itu HAM! Tapi tolong jelaskan argumennya!

Jusuf: Filem Indonesia itu nggak ada teksnya! Kalau filem Barat kan, ada teksnya!.

ROMO NGARANG NOVEL

Dalam rangka perayaan HUT Paroki MMS ke-40 juga diundang para romo sepuh yang pernah bertugas untuk reuni. Di antaranya adalah Romo Harto dan Romo Gouw. Suatu saat kedua romo itu ngeriung di sekretariat paroki dihadapan karyawati, Theresia Banowati. Keduanya cerita kesana kemari a.l. Romo Gouw mengatakan akan segera menerbitkan novelnya.

Romo Harto: Gouw! Kalau kamu nggak keberatan. Aku pengin mbaca novelmu. Syukur-syukur aku dapat ilham dari situ. Aku juga akan nulis novel. Cerita-cerita soal paroki ini dulu.

Romo Gouw (sambil menyerahkan buku kuning tebal): Baca saja dulu. Aku juga kepengin komentarmu.

Romo Harto (setelah membuka-buka buku dan membacanya): Wah, Gouw! Novelmu terlalu banyak pelaku yang kamu tulis. Mana alamatnya lengkap lagi. Lagi pula terlalu tebal. Susah membawanya!

Theresia (sambil teriak dari jauh): Romo! Kalau sudah selesai dilihat. Kembalikan dong, buku telponnya!

LUNASI IURAN PANGRUKTI LAYA

Suatu hari di poliklinik paroki datanglah seorang pasien, Benediktus Tjoei Lan Bolu.

Benediktus: Dok! tolong dong! Apa obatnya kepala saya ini kok, cekot-cekot terus. Seperti migren campur vertigo. Kuping berdenging, hidung rasanya gatal dan panas selalu beringus. Mata mulai nanar, dada getarannya putus-putus.Semua sendi rasanya ngilu ngilu, kaki dan tangan semuten. Kalau jongkok susah berdiri, pancreas sering sedut-senut. Kalau buang air seni nggak tuntas. Apalagi buang air besar nggak teratur. Tensi saya naik turun, saraf tulang belakang sepertinya kegencet. Dan........

Dokter: Stop! Stop! Obatnya gampang. Segera lunasi iuran Pangrukti Loyo! (Pangrukti Loyo: seksi kematian paroki).

(Ign. Sunito)

Lihat Juga:

Humor (WM) Lainnya...  Kembali

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi