Humor Negeri Ha,hahi,hi
Ign Sunito | 8 Feb 2015, 21:41
PUISI K.H. MUSTOFA BISRI (GUS MUS)
Bukan banyaknya grup lawak, maka negeriku selalu kocak
Justru grup-grup lawak hanya mengganggu dan banyak yang bikin muak
Negeriku lucu dan para pemimpinnya yang suka mengocok perut
Banyak yang terus pamer kebodohan dengan keangkuhannya yang menggelikan
Banyak yang terus pamer keberanian dengan kebodohan yang mengharukan
Banyaknya yang terus pamer kekerdilan dengan teriakan yang memilukan
Banyaknya yang terus pamer kepengecutan dengan lagak yang memuakkan ha,ha,ha
Penegak keadilan jalannya miring. Penuntut keadilan kepalanya pusing
Hakim main mata dengan maling. Wakil rakyat baunya pesing...Hi,hi, hi......
Kalian jual janji-janji untuk menebus kepentingan sendiri
Kalian hafal pepatah produktif untuk mengelabui mereka yang tertindih.
Pepatah petitih.
Anjing mengonggong kafilah berlalu. Sambil menggonggong kalian terus berlalu
Ha,ha,ha....
Sekali dayung dua pulau terlampaui. Sekali untung dua pulau terbeli...hi.hi.hi.
Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang. Kamu mati meninggalkan utang..ha,ha,ha...
Hujan emas di negeri seberang. Hujan batu di negri sendiri. Lebih baik, yuk! hujan-hujanan caci maki. (Gus Mus pengasuh PondoK Pesantren Rotdhatul Tholibien, Rembang. Pengurus PB NU Pusat).
KADO LUKISAN MATA
Seorang pelukis terkenal, Effendi Motolaron suatu saat terganggu penglihatannya dan juga sangat mengganggu untuk berkarya. Suatu hari ia harus memeriksa matanya kepada dokter mata terkenal di kotanya, dokter Benediktus Tjoa Thong Phes, yang memang ahli mata. Maka sembuhlah penglihatan sang pelukis. Sebagai tanda terima kasih, maka di raung tunggu praktek dokter, sang pelukis lalu melukis ujud mata orang segede gajah.
Dokter senang sekali dan berbarengan dengan selesainya renovasi tempat praktek dokternya, diadakan syukuran dengan mengundang lingkungan bersama romo parokinya, Romo Eko Praloyo. Sehabis misa syukur diadakan ramah tamah, dan romo sangat mengagumi lukisan mata yang begitu indah dan menarik.
Romo: Dok! lukisan ini begitu indah. Apa perasaan Anda memandang lukisan ini?
Dokter Tjoa: Memang, romo! Saya berkata kepada diri sendiri. Syukurlah saya bukan seorang dokter spesialis kelamin!.
SIAPA YANG BERUNTUNG?
Seorang pemimpin redaksi Koran terkenal Jakarta " Mata Angin" Wakiman Bulakredjo suatu hari pulang ke Solo bersama isterinya, Retno Angudubilah. Ia mampir di SPBU dan kebetulan pengisi bensinnya kenal dengan Retno. Mereka bercakap-cakap dengan akrab.
Wakiman: Siapa itu? Kayaknya, kok, kamu akrab banget?
Retno: Oh, itu teman saya semasa SMP. Dulu ia naksir banget sama aku.
Wakiman: Dik! Kalau kamu jadi sama dia, Kamu sekarang jadi isteri pengisi bensin.
Retno: Ya nggaklah, mas! Kalau aku jadi isteri dia. Dianya yang jadi pemred Mata Angin. Kamu jadi dia!
Lihat Juga:
Renungan Harian
Minggu, 3 Maret 2024
Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...
Jadwal Misa Rutin
Sabtu | Pukul 16:30 |
Pukul 19:00 | |
Minggu | Pukul 06:30 |
Pukul 09:00 | |
Pukul 11:30 | |
Pukul 16:30 | |
Pukul 19:00 |