Katekis Menggemakan Kerahiman Allah

 Yeremias Jena  |     26 Dec 2016, 08:08

Tahun Suci Luar Biasa Kerahiman Allah (Iubilaeum Extraordinariummisericordiae) telah dirayakan selama tanggal 8 Desember 2015 - 20 November 2016. Bersumber pada tradisi Yahudi yang dirayakan setiap 50 tahun (lihat Imamat 25:8-13), Yubileum sejak tahun 1300-an dirayakan secara rutin dalam Gereja Katolik. Gereja selama tahun Yubileum mendorong umatnya untuk kembali kepada kehidupan kesucian. Sejak tahun 1400-an Gereja Katolik menetapkan bahwa Tahun Yubileum dirayakan setiap 25 tahun sekali. Ini dimaksudkan agar setiap generasi dapat ikut merayakannya. Inilah Tahun Yubileum biasa (ordinarium) yang perayaan terakhirnya telah kita rayakan pada tahun 2000 sebagai penanda datangnya milenium kedua kelahiran Yesus Kristus.

Katekis Menggemakan Kerahiman Allah

Di luar siklus 25 tahunan perayaan yubileum biasa, Gereja Katolik juga menetapkan perayaan yubileum luar biasa. Sebagai contoh, dua perayaan yubileum luar biasa telah dirayakan pada tahun 1933 dan 1983. Perayaan keduanya menandai peringatan ke-1.900 dan ke-1.950 wafat dan kebangkitan Yesus Kristus.

Paus Fransiskus pada tanggal 13 Maret 2015 mengumumkan Tahun Yubileum Luar Biasa sebagai Tahun Kerahiman Allah. Allah adalah Bapa yang berbelas kasih. Keselamatan adalah ungkapan tertinggi dari kerahiman Allah yang menyelamatkan. Gereja Katolik memahami kehadiran dan misinya sebagai saksi kerahiman Allah di dunia. Nama Allah adalah kerahiman; dalam dan melalui kerahiman-Nya kita dibawanya pulang, kita dipeluk-Nya, diampuni dan diselamatkan. Sama seperti Allah yang selalu menyambut gembira setiap kita yang kembali kepada-Nya, Gereja dan seluruh umat Allah pun siap menyambut siapa saja, bersedia membawa pesan damai dan pengampunan Allah (bdk Fransiskus, The Name of God is Mercy, Edizione Piemme Spa, Milano, 2016: 14-17). Pertimbangan teologis yang sama telah ditegaskan sejak bagian awal Bulla pemakluman Tahun Suci Kerahiman Allah berjudul Mesericordiae Vultus (Wajah Kerahiman) yang terbit tanggal 11 April 2015.

Tahun kerahiman yang luar biasa adalah masa di mana semua umat Katolik dipanggil untuk "mengembalikan keseimbangan hidup bersama sebagai umat Allah" (bdk I. Suharyo, Surat Gembala Tahun Suci Luar Biasa Kerahiman Allah, 12/13 Desember 2015). Itulah tahun di mana "... kita dipanggil untuk menatap lebih dekat dan penuh perhatian akan kerahiman supaya dengan begitu kita boleh menjadi sarana yang lebih efektif bagi tindakan Allah dalam hidup kita" (Mesericordiae Vultus, art. 3).

Tiga Peran Katekis

Setiap pelayan Gereja adalah tanda kehadiran wajah Allah Maharahim, Allah yang senantiasa mengampuni dan menyelamatkan. Begitu pula peran katekis dalam pewartaan kabar sukacita Allah. Pertanyaannya, peran apa yang telah dimainkan katekis selama Tahun Suci Luar Biasa Kerahiman Allah? Saya menggarisbawahi tiga peran katekis dalam tahun suci kerahiman Allah.

Pertama, tugas utama seorang katekis adalah mengajarkan warta sukacita Kristus dan Gereja-Nya kapada para calon baptis serta memelihara iman umat (mistagogi) melalui pengajaran terus-menerus. Peran pengajaran para katekis ini seharusnya dihayati sebagai ungkapan karya rohani kerahiman Allah (A. Joseph Lynch, 2015: 1-3). Peran ini menjadi sangat jelas jika dibaca dari perspektif pemikiran Santo Thomas Aquinas tentang apa itu 'kerahiman'. Kerahiman bagi Aquinas adalah 'bela-rasa dalam hati kita pada orang lain yang membutuhkan belas-kasihan, bela-rasa yang mendorong kita untuk melakukan suatu tindakan yang bisa kita lakukan demi menolongnya' (lih. Martha S. Long, 2016: 1-23).

Calon baptis dan umat Allah yang membutuhkan pengajaran (katekese) adalah kelompok orang yang sedang membutuhkan belas-kasihan (misery). Dalam konteks katekese, keadaan belas-kasihan ini tidak harus dibatasi pada keadaan ketidaktahuan, tetapi juga keadaan berpengetahuan tetapi menyesatkan. Dengan begitu, pengajaran seorang katekis digerakkan oleh hati yang berbela-rasa untuk menyampaikan pengetahuan akan keselamatan Allah tetapi sekaligus juga upaya sadar untuk mendiskusikan dan mengklarifikasi pemikiran dan pengetahuan yang menyesatkan. Pengajaran seorang katekis adalah '... sebuah tindakan kerahiman untuk membawa terang kepada pikiran orang yang mungkin saja telah dinodai oleh kegelapan kesalahpahaman dan ketidaktahuan' (David L. Ricken, 2016).

Kedua, seorang katekis berbagi dalam misi pewartaan Gereja '...untuk menjadikan orang-orang sebagai murid, membantu orang supaya percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah, supaya dengan percaya mereka dapat memperoleh hidup dalam nama-Nya, serta untuk mengajar dan menginstruksikan kepada mereka dalam hidup ini dan dengan demikian membangun Tubuh Kristus' (John Paul II, 1979: art. 1). Dia tidak hanya mengajarkan pengetahuan, tetapi menunjukkan dengan contoh dan keteladanan sebagai orang yang percaya dan mendasarkan dirinya pada Kristus dan ajaran-ajaran-Nya (John Paul II, 1979: art. 9). Panggilan seorang katekis pertama-tama adalah 'menggemakan' (to echo), mengajarkan secara lisan dan bersaksi dengan tindakan/sikapnya.

Dalam konteks panggilan dasar inilah seorang katekis seharusnya menggemakan wajah Allah dan Gereja-Nya yang Maharahim. Supaya bisa menggemakan wajah Kerahiman Allah, seorang katekis terlebih dahulu membiarkan Sabda dan Kerahiman Allah menembusi hatinya dan memolakan seluruh tingkah-laku dan perbuatannya dalam spiritual kerahiman. Seorang katekis dituntut untuk pertama-tama menjadi pribadi yang berbelas-kasih seperti Bapa supaya pengajaran-pengajarannya memiliki otoritas menerangi hati dan mengubah hidup (Misericordiae Vultus, Art. 12-13).

Ketiga, otoritas pengajaran seorang katekis -isi ajaran dan sikap hidup- pada akhirnya mampu '... meyelamatkan, menguduskan, dan membimbing, yang hidup, yang berkata-kata, membangkitkan, menggerakkan, memperbaiki, menghakimi, dan yang mengampuni...' (John Paul II, 1979: art. 9). Dan itu harus dimulai dengan sakramen rekonsiliasi (pengampunan dosa), diikuti dengan praktik indulgensi, dan tindakan nyata yang berbelas kasih (Martha S. Long, 2016: 20-22). Demikianlah, seorang katekis yang menggemakan Kerahiman Allah harus menjadi orang yang selalu menyadari kedosaannya dan datang memohon ampun (rekonsiliasi), orang yang selalu mau mengampuni orang yang bersalah kepadanya, dan orang yang hidupnya selalu menjadi pancaran kehadiran Allah yang Maharahim.

Penutup

Demikianlah, peran seorang katekis selama Tahun Suci Luar Biasa Kerahiman Allah sangatlah penting. Kehadirannya di antara para katekumen adalah kehadiran Allah dan Gereja-Nya yang mengampuni dan menyelamatkan. Lebih dari kekuasaan mengajar dengan kata-kata, tutur kata dan tindakannya menampakkan wajah Allah yang selalu mau menyambut. Seorang katekis, karena tutur kata/pengajaran dan kesaksian hidupnya, hadir dalam setiap perjumpaan dengan orang lain sebagai pribadi yang selalu mampu mendorong, menguatkan dan menghibur. Kehadirannya di antara para katekumen adalah penegasan bahwa Yesus Putra Allah dan Juru Selamat yang akan mereka sambut adalah Allah yang rahim, yang tidak menginginkan hal lain selain keselamatan kekal umat-Nya.

Ya, jejak-jejak kerahiman Allah tampak dalam hidup dan karya seorang katekis!

Rujukan:

  1. Fransiskus (2016), The Name of God is Mercy. Milano: Edizione Piemme Spa.
  2. Fransiskus (2015), Mesericordiae Vultus. Diambil dari: https://w2.vatican.va/content/francesco/en/bulls/documents/papa-francesco_bolla_20150411_misericordiae-vultus.html
  3. John Paul II (1979), Catechesi Tradendae. Diambil dari: http://w2.vatican.va/content/john-paul-ii/en/apost_exhortations/documents/hf_jp-ii_exh_16101979_catechesi-tradendae.html
  4. Long, Martha S. (2016), The Year of Mercy: Thoughts for the Catechist. Diambil dari: http://www.stjohncatholicmclean.org/learn-the-faith/st-john-the-beloved-religious-education/the-year-of-mercy-thoughts-for-the-catechist/thoughts-for-the-catechist/
  5. Lynch, A. Joseph (2015), The Role of Catechist in the Year of Mercy, Crisis Magazine, 19 Oktober 2015. Diambil dari: http://www.crisismagazine.com/2015/the-role-of-catechist-in-the-year-of-mercy
  6. Ricken, David L. (2016), "The Catechist as an Agent of Mercy", Catechetical Review, Issue 2.2, April - June. Diambil dari: https://catechetics.com/catechist-agent-mercy).
  7. Suharyo, I. (2015), Surat Gembala Tahun Suci Luar Biasa Kerahiman Allah. Diambil dari: http://www.kaj.or.id/2015/12/10/9226/surat-gembala-tahun-suci-luar-biasa-kerahiman-allah.php
  8. Fransiskus (2016), The Name of God is Mercy. Milano: Edizione Piemme Spa.
  9. Fransiskus (2015), Mesericordiae Vultus. Diambil dari: https://w2.vatican.va/content/francesco/en/bulls/documents/papa-francesco_bolla_20150411_misericordiae-vultus.html
  10. John Paul II (1979), Catechesi Tradendae. Diambil dari: http://w2.vatican.va/content/john-paul-ii/en/apost_exhortations/documents/hf_jp-ii_exh_16101979_catechesi-tradendae.html
  11. Long, Martha S. (2016), The Year of Mercy: Thoughts for the Catechist. Diambil dari: http://www.stjohncatholicmclean.org/learn-the-faith/st-john-the-beloved-religious-education/the-year-of-mercy-thoughts-for-the-catechist/thoughts-for-the-catechist/
  12. Lynch, A. Joseph (2015), The Role of Catechist in the Year of Mercy, Crisis Magazine, 19 Oktober 2015. Diambil dari: http://www.crisismagazine.com/2015/the-role-of-catechist-in-the-year-of-mercy
  13. Ricken, David L. (2016), "The Catechist as an Agent of Mercy", Catechetical Review, Issue 2.2, April - June. Diambil dari: https://catechetics.com/catechist-agent-mercy).
  14. Suharyo, I. (2015), Surat Gembala Tahun Suci Luar Biasa Kerahiman Allah. Diambil dari: http://www.kaj.or.id/2015/12/10/9226/surat-gembala-tahun-suci-luar-biasa-kerahiman-allah.php

Lihat Juga:

Fokus (WM) Lainnya...  Kembali

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi