Seni Pengasuhan (The Art of Parenting)

 Stephanus Waskita  |     21 May 2015, 14:03

Pada saat memutuskan untuk membangun keluarga, kebanyakan dari kita berpikir bahwa menjadi orangtua (ortu) dan mengasuh anak adalah hal umum yang dapat dilakukan oleh setiap orang. Ketika telah masuk dalam kehidupan berkeluarga dan dianugerahi putera-puteri, banyak ortu dibingungkan dengan kenyataan yang dihadapi. Mereka mengatakan "Kami telah melakukan dan mengasuh anak dengan segala cara yang terbaik, tetapi mengapa hasilnya berbeda dengan yang kami harapkan".

Banyak ortu mengirim anak mengikuti bimbingan belajar (bimbel) untuk berbagai pelajaran agar nilai sekolah menjadi lebih baik. Tetapi mengapa semakin banyak mengikuti bimbel, nilai ulangan malah menurun dan anak makin malas belajar. Pernahkan terpikir oleh ortu, bahwa anak sering minta guru bimbelnya untuk mengajari mereka soal-soal pekerjaan rumah (PR) yang seharusnya dipelajari, dipikirkan dan dikerjakan oleh anak itu sendiri, alhasil sebenarnya yang mengerjakan PR bukan anak kita melainkan guru bimbelnya. Pernahkah juga terpikir oleh kita, bahwa dengan mengikuti bimbel, kesempatan bermain anak yang seharusnya cukup untuk anak seusia mereka menjadi kurang. Selain itu, bimbel menimbulkan ketergantungan anak kepada guru bimbel, membuat mereka merasa terpaksa dan menjadi lelah. Perlu atau tidaknya anak mengikuti bimbel adalah pertanyaan yang seringnya menjadi perdebatan antara para ortu dan guru sejak dahulu. Walaupun demikian, kebanyakan ortu jaman ini memilih untuk mengirim anaknya ikut bimbel karena bimbel dianggap bisa mengajar lebih baik dan ortu tidak perlu bersusah-susah meluangkan waktu membimbing anaknya.

Agar tugas-tugas sekolah bisa diselesaikan dengan baik, seringkali ortu menyuruh pembantu untuk mencarikan dan membelikan bahan-bahan yang diperlukan, juga membantu anak mengerjakan tugas sekolahnya. Semua ortu pasti bermaksud baik agar anaknya dapat menyelesaikan tugasnya dengan lebih cepat dan lebih mudah. Padahal, sebenarnya keberhasilan karena hasil usaha sendiri, seperti pengalaman yang didapat ketika pergi mencari dan membeli bahan-bahan tugas dan menyelesaikan masalah yang dihadapi selama mengerjakan tugasnya, sangat membantu anak dalam meningkatkan tingkat kepercayaan dirinya. Apakah anak yang selalu dibantu oleh orang lain dalam mengerjakan segala sesuatu dapat berkembang menjadi manusia dewasa utuh yang mandiri? Maksud baik yang kita lakukan bak membantu kepompong yang harus berusaha keras membuka kulit kepompongnya untuk tumbuh menjadi kupu-kupu; akan tetapi dengan merobek kulit kepompong untuk membantu keluar dari kulitnya, malahan membuat kepompong tidak dapat berkembang menjadi kupu-kupu dan mati.

Banyak ortu mengambil pengasuh untuk mengurus anak. Sepulang kerja, badan dan pikiran ortu sudah lelah, maka mereka membiarkan anak-anak tetap diurus oleh pengasuh sampai waktu tidur. Kalau kita cermati hal ini, sebenarnya siapa yang mengasuh dan mendidik anak kita? Siapakah sebenarnya yang menjadi orangtua anak-anak kita? Pada saat menghadiri Misa, pengasuh juga diajak dengan tujuan agar ortu dapat mengikuti Misa dengan lebih baik, tetapi seringkali ortu menyuruh anak-anak bermain atau makan di luar Gereja ditemani pengasuhnya. Siapakah sebenarnya yang wajib memberikan pendidikan iman kepada anak? Padahal, kita semua tahu bahwa orangtua adalah pendidik dan teladan utama dan pertama yang tak tergantikan.

Relasi orangtua-remaja yang baik termasuk rasa hormat, pengertian, kepercayaan dan keprihatinan (concern). Ortu dapat membangun relasi baik dengan anak remajanya dengan kebersamaan, menepati janji, bersendau-gurau, serta menghargai upaya dan kelebihan mereka. Fakta menunjukkan bahwa anak remaja yang mempunyai relasi yang baik dengan orangtuanya mempunyai risiko pergaulan lebih rendah.

Pernahkah ortu mengetahui bahwa pada kenyataannya, kehidupan seks dan seksualitas anak-anak remaja lebih aktif daripada yang dibayangkan orangtua. Fakta menunjukkan bahwa anak remaja yang mempunyai percakapan tentang seks yang baik dengan orangtuanya, lebih mampu membuat keputusan yang lebih dewasa dan lebih bijaksana mengenai perilaku seks mereka. Semakin dini ortu memberikan pengetahuan tentang seks kepada anak-anak, semakin baik pengaruhnya terhadap perilaku seks mereka.

Semua orangtua pasti ingin memberikan yang terbaik bagi putera-puterinya. Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti, atau memberi ular, jika ia meminta ikan? (Mat 7:9-10). Tetapi, apakah kita menyadari apa yang sebenarnya telah kita berikan kepada anak kita? Perkembangan jaman memberikan tantangan baru bagi orangtua dalam mengasuh anak-anak. Bagaimana orangtua menjawab tantangan-tantangan di jaman ini? Mengasuh dan mendidik anak bukan talenta, melainkan panggilan. Mengasuh adalah seni, bukan ilmu pengetahuan.

Anda akan menemukan jawaban dan tips mengenai pengasuhan anak dalam acara Seminar Keluarga dengan tema "The art of parenting:Orangtua Katolik Menjawab Tantangan Jaman" dengan pembicara Romo Alexander Erwin Santoso, MSF - Ketua Komisi Kerasulan Keluarga KAJ bersama Dra. Ratih Andjayani Ibrahim, MM, Psikolog - Personal Growth - Counseling and Development Center.

Acara Seminar Keluarga ini akan diselenggarakan pada hari Sabtu tanggal 15 Agustus 2015 di Auditorium MBK sebagai salah satu rangkaian acara Tahun Syukur Keluarga Katolik - Maria Bunda Karmel (TSKK-MBK) 2015. Untuk mendapatkan tiket Seminar Keluarga ini dapat dilihat pada flyer. Seminar ini sangat ideal bila diikuti oleh kedua orangtua. Tiket terbatas, segera dapatkan tiket seminar ini. Berikanlah yang terbaik bagi putera-puteri anda, sebelum terlambat.

Lihat Juga:

Fokus (WM) Lainnya...  Kembali

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi