Pendidikan yang Berpihak kepada Orang Miskin
Helena D Justisia | 26 May 2014, 11:14
Pada 2011, sebuah kajian tentang anak putus sekolah di Indonesia yang dilakukan bersama oleh Kementerian Pendidikan serta dua badan PBB yakni UNESCO dan UNICEF, menunjukkan bahwa 2,5 juta anak usia 7-15 tahun masih tidak bersekolah. Kebanyakan dari mereka putus sekolah sewaktu masa transisi dari SD ke SMP. Data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik bahkan menyebut dengan jelas: dari 100% anak-anak yang masuk sekolah dasar, 50% di antaranya tidak dapat melanjutkan ke jenjang sekolah yang lebih tinggi setelah lulus SMP.
Penelitian yang dilakukan oleh Ikatan Mahasiswa Pendidikan Luar Sekolah pada 2012 menemukan tiga faktor terbesar penyebab anak putus sekolah: ketiadaan dana karena keterbatasan kemampuan ekonomi, kurangnya fasilitas pendidikan di tempat tinggal anak tersebut, serta pengaruh interaksi sosial/lingkungan.
Kita Tak Mau Tinggal Diam!
Fakta-fakta itu menjadi sebuah keprihatinan tersendiri bagi kita. Menjadi keprihatinan, bukan hanya karena jumlah anak putus sekolah yang begitu besar, namun juga efek domino dari hal itu. Anak-anak yang putus sekolah menjadi angkatan kerja yang tak punya cukup keterampilan. Kualitas SDM yang rendah adalah satu akar kemiskinan. Inilah 'lingkaran setan kemiskinan' yang harus diputuskan.
Banyak yang dapat kita lakukan. Melihat kembali faktor penyebab putus sekolah, sejumlah upaya yang dapat dilakukan seperti: pengadaan dana pendidikan, pemenuhan fasilitas pendidikan, serta transformasi nilai agar masyarakat menyadari arti penting pendidikan.
Untuk mempermudah keterlibatan umat Katolik, di Keuskupan Agung Jakarta telah berlangsung program Ayo Sekolah Ayo Kuliah (ASAK). Umat dapat berpartisipasi melalui dana solidaritas sehingga anak-anak yang mengalami kesulitan dalam pembiayaan pendidikan, dapat meneruskan sekolahnya. Di MBK, program ASAK sendiri telah memasuki tahun ketiga.
Inilah panggilan bagi kita; mengubah lingkaran setan kemiskinan menjadi lingkaran rahmat. Marilah kita berbagi rahmat Allah yang tercurah dalam hidup kita kepada mereka yang membutuhkan belarasa. Panggilan kita ini diteguhkan oleh seruan Nota Pastoral KWI 2008 tentang Pendidikan: Penggalangan dana solidaritas pendidikan hendaknya menjadi gerakan umat di keuskupan dengan memperhatikan asas keadilan, perdamaian dan keutuhan ciptaan (Artikel 11.5).
Lihat Juga:
Renungan Harian
Minggu, 3 Maret 2024
Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...
Jadwal Misa Rutin
Sabtu | Pukul 16:30 |
Pukul 19:00 | |
Minggu | Pukul 06:30 |
Pukul 09:00 | |
Pukul 11:30 | |
Pukul 16:30 | |
Pukul 19:00 |