Doa Berkat

 Tomas Samaria  |     26 May 2014, 11:17

Doa berkat berupa membubuhi tanda salib di atas dahi anak, sungguh luar biasa kuasanya. Begitulah tutur pengalaman seorang teman ketika kami meluncur dalam kendaraan yang sama menuju tempat perkawinan di Cikini. Kawan saya adalah seorang bapak yang menyampaikan bahwa ia mempunyai dua gelar kesarjanaan. Ketika usahanya masih jaya, ia sempat menyekolahkan saudara-audara sepupunya sampai menjadi insinyur. Ketika nasib berubah jadi buruk, dari rumah yang besar, ia harus sewa rumah kontrakan Ketika tak ada uang untuk bayar sewa, seisi rumah dan keluarganya menetap di tepi bantaran sungai.

Sejak kecil anak tunggalnya, seorang gadis, kalau mau pergi sekolah, selalu minta dibubuhi tanda salib di keningnya, sebelum pergi. Menurut teman saya itu, orang tuanya tak pernah memperhatikan dia seperti mendoakan atau membubuhi tanda salib di keningnya. Sekarang ia merasa seperti seorang yang terlunta-lunta tanpa berkat. Perasaan seperti itu terus membelenggunya. Walau pun ia belum tua benar, ia hanya keluar masuk perusahaandan diterima sebagai karyawan out-scourging.

Ikut komunitas pendoa, tidak banyak membantunya di bidang keuangan. Mereka semua karyawan atu pengangguran banyak acara seperti dia. Untung masih ada umat yang mendaulatnya jadi ketua lingkungan dan jadi prodiakon (bukan di MBK) yang ia jalani dengan tekun dan semangat.

Saat yang paling krusial (pusing) adalah pada setiap saat akhir/ awal tahun pelajaran baru. Cari uang untuk menebus ijasah, terutama untuk bayar uang kuliah.Isteri sudah membantu dengan mengajar dan ia sendiri terus cari kerjaan yang pas. Tapi hasilnya nihil. Uang dari mana?. Minta pinjaman dari paroki, walau pun pastornya suka bagi komuni sama-sama, tak percaya mungkin bahwa ia bisa membayar kembali.

Hidup memang keras dan bengis. Ketika ada baksos, ia ikut membuat nasi goreng sampai ratusan porsi untuk rakyat miskin. Tapi tak ada yang tersisa untuk anak di rumah. Jika malam-malam tidur di bantaran sungai, di bawah sinar lampu teplok, ia melihat tikus-tikus besar melompati kaki isteri dan anaknya. Aduhai nasib?

Iman anak dan doa berkat yang ia terima, ada saja yang mencukupi kebutuhan mereka. Uang tebusan ijasah, cicilan uang kuliah, senantiasa mengalir untuk keluarga ini. Setiap kali, kami bertemu, bapak ini selalu menceritakan kemajuan dan betapa kemurahan Tuhan mencukupi kebutuhan mereka.

Setelah lulus S-1, ia ikut mendaftar untuk bea siswa dan lulus testing, melanjutkan S-2 ke Jerman. Dan yang selalu mengharukan hati bapak itu, anaknya tak pernah malu untuk minta dibubuhi tanda salib di keningnya, walau pun sekarang ia sudah besar dan mandiri. Ayah dan ibu anak itu masih mengajar sampai anak itu kembali.

Lihat Juga:

Fokus (WM) Lainnya...  Kembali

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi