Bawa Botol Minum Ciptakan Lingkungan Lestari
Benny N. Joewono | 15 Apr 2017, 22:57
Makin adil dan makin beradab terhadap lingkungan hidup itu bisa diwujudkan dalam tindakan-tindakan sederhana. Dari tidak membuang sampah sembarangan hingga penggunaan barang-barang yang ramah lingkungan. Apa yang sudah kita lakukan?
Dalam kampanye lingkungan lestari, tim relawan gerakan Earth Hour kota Solo mengimbau masyarakat yang ingin ikut gerakan yang digelar pada 25 Maret 2017, pukul 20.30 - 21.30 WIB lalu, di kota Solo harus membawa botol minum sendiri. Imbauannya simpel, "Yuk Bawa Botol Minum."
Menurut Maria Kristina, salah satu relawan Earth Hour Solo, keuntungan membawa botol minum sendiri adalah bisa lebih menghemat uang. Air mineral dalam botol hanya dapat dipakai satu kali dan selanjutnya dibuang. "Dengan membawa botol minum sendiri kita telah menghemat uang untuk membeli air minum kemasan secara berulang-ulang. Karena kelebihan dari botol minum, dapat diisi kembali," katanya.
Selain itu, gerakan ini secara tidak langsung telah mengurangi potensi terjadinya pencemaran lingkungan, tanah, dan udara. Mengurangi sampah-sampah plastik, yang sering ditemukan di sepanjang sungai. Padahal, sungai merupakan salah satu sumber ketersediaan air.
"Apabila menggunakan botol minum sendiri, secara tidak langsung telah mengurangi penggunaan bahan plastik dan kaca sebagai bahan kemasan air minum. Juga mengurangi jumlah sampah," tambahnya
Sementara itu, gerakan BBM (Bawa Botol Minum) juga telah dilakukan di Gereja Maria Bunda Karmel (MBK), sejak tahun 2015. Menurut Joel S. Hidayat, anggota Dewan Paroki Harian (DPH), pendamping Seksi dan Wilayah mengatakan gerakan BBM di Gereja MBK telah dilakukan sejak pastor Kepala Paroki dijabat oleh Romo Heribertus Supriyadi, OCarm.
"Ide BBM itu awalnya berhubungan dengan kesadaran akan lingkungan hidup dan pelestarian alam. Utamanya berhubungan dengan sampah plastik dan styrofoam. Waktu itu BBM hanya sekadar untuk mengganti gelas plastik. Kebetulan ide mengganti gelas plastik ini hampir bersamaan dengan dilakukannya kerjasama Paroki Tomang, Gereja MBK dengan Amidis, pemasok air. Peralatannya (dispenser dan galon), kami mendapatkan cuma-cuma, kita hanya membayar airnya saja," katanya.
Joel juga menyadari, perjalanan BBM di Gereja MBK hingga saat ini belumlah optimal. Meski berbagai cara untuk sosialisasi BBM juga ditempuh. "Kami mengumumkan lewat pengumuman di mimbar dan juga lewat Warta Minggu (WM), serta selebaran lain. Puji Tuhan, secara perlahan, umat mulai sadar dan membawa botol minum sendiri. mereka bisa mengambir air di gereja, tanpa harus membuang sampah plastik," jelasnya.
Apakah tujuannya gerakan BBM, bebas plastik dan styrofoam sudah tercapai? Joel mengatakan sudah tercapai, namun belum memuaskan. "Saya katakan sudah tercapai, karena sudah mengurangi sampah plastik dan styrofoam. Namun, kalau saya ditanya apakah sudah puas? Jawabannya belum. Karena masih banyak terutama bapak-bapak yang malas membawa botol minum sendiri. Kalau ada rapat besar, seperti Rapat DP (Dewan Paroki) Pleno, pasti dari pihak panitia tetap harus menyediakan botol air minum kemasan yang ditempel stiker nama peserta masing masing," jelas Joel S Hidayat.
Joel berharap harus panitia sudah tidak perlu lagi menyediakan air minum kemasan, cukup menyediakan air untuk isi ulang di galon. "Mengapa? Harusnya sudah tidak terjadi lagi, ini (gerakan BBM) sudah berlangsung dua tahun lebih lho. Harapan kami, para ketua lingkungan secara berkesinambungan mengingatkan warganya untuk selalu membawa botol minum.
Kampanye BBM harus terus dilakukan hingga benar-benar berhasil," katanya. "Saya salut dengan ibu-ibu WKRI (Wanita Katolik Republik Indonesia). Merekalah yang mengawali BBM. Dan, hingga saat ini WKRI konsisten selalu bawa botol minum apabila melakukan rapat atau berkegiatan yang lain. Ini yang harusnya dicontoh oleh umat paroki Tomang, gereja MBK, agar ke depan lingkungan kita makin asri, makin hijau dan makin lestari," tambah Joel.
Peduli Sampah
Dalam kesempatan yang berbeda, Romo Andang L. Binawan, SJ, yang juga dikenal sebagai 'Romo Sampah' mengatakan, kepedulian dan upaya menjaga lingkungan hidup merupakan bagian integral dari iman.
Kepedulian terhadap lingkungan hidup ini menjadi salah satu dari lima sasaran prioritas Arah Dasar (Ardas) Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) 2016-2020. Yakni meningkatkan keterlibatan umat dalam menjaga lingkungan hidup di wilayah KAJ. Ini terkait dengan cita-cita "Mewujudkan Kerajaan Allah demi keselamatan manusia dan keutuhan ciptaan". Sebagai mitra Allah, panggilan manusia untuk memelihara bumi yang sudah diciptakan Allah baik adanya dan mewariskan bumi yang baik juga untuk generasi mendatang.
"Di Jakarta salah satu kerusakan lingkungan bersumber di sampah. Sampah sebagai cermin ketidak-pedulian manusia yang paling nyata. Kalau orang tidak peduli sampah, dia juga tidak peduli lingkungan hidup. Maka fokus kita masih di pengelolaan sampah. Program ini bukan semata Gereja bersih dari sampah, tetapi bagai mana menumbuhkan habitus peduli lingkungan hidup dengan peduli sampah, menaruh, memilah, mengurangi sampah, khususnya sampah plastik dan styrofoam," ujarnya.
Gerakan konkret lain yang bisa dilakukan yakni mengupayakan paroki ramah lingkungan. Dalam buku Implementasi dan Renstra Ardas KAJ 2016-2020 dituliskan 12 ciri paroki ramah lingkungan. Satu di antaranya adalah usulan adanya seksi atau subseksi lingkungan hidup dalam struktur dewan paroki.
"Tujuannya tentu bukan semata Gereja ramah lingkungan tapi Gereja dalam arti umat. Gerakan kita fokuskan untuk mengurangi sampah, dan paling konkret yaitu mengurangi plastik dan styrofoam," tambah Romo Andang.
Dalam salah satu obrolan tentang lingkungan lestari, Kasubsie Lingkungan Hidup F.X. Sudaryanto berharap, konsep lingkungan hijau di Gereja MBK dan sekitarnya bisa segera terwujud, dengan meminimalkan penggunaan plastik dan styrofoam. "Saya harap umat juga sadar betul dengan gerakan lingkungan hidup yang sehat, hijau dan lestari dengan menempatkan sampah pada tempat sampah yang telah ditentukan, sesuai warnanya. Selain itu, mari kita jaga tidak menggunakan plastik dan styrofoam," katanya.
Lihat Juga:
Renungan Harian
Minggu, 3 Maret 2024
Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...
Jadwal Misa Rutin
Sabtu | Pukul 16:30 |
Pukul 19:00 | |
Minggu | Pukul 06:30 |
Pukul 09:00 | |
Pukul 11:30 | |
Pukul 16:30 | |
Pukul 19:00 |