Romo Alfons: Saya Siap! Selamat Datang di MBK, Romo Alfons
Judith Widjaya | 10 Dec 2016, 13:39
Sekitar tiga minggu lalu, Romo pimpinan di Sumatera Utara datang menemui Romo Alfonsus Arpol Manik O.Carm. "Apakah bisa bicara?" tanya Romo Pimpinan setempat. "Romo Alfons mendapat tugas yang baru di Paroki Maria Bunda Karmel, Jakarta," lanjut Romo Pimpinan. Saat itu Romo Alfons terkejut dan belum ada pembicaraan sama sekali. Romo Pimpinan mengatakan bahwa sudah keluar Surat Keputusan dari Romo Provinsial, dan sudah harus tiba di Jakarta pada 25 November 2016.
Saat itu dalam benaknya tinggal seminggu lagi sudah harus pindah ke Jakarta. "Tidak ada kesempatan untuk menangkis, mau menanyakan lebih lanjut, memperjelas maupun menanyakan kejelasannya lagi, dan saya sendiri juga tidak sempat untuk menemui Romo Pimpinan lebih lanjut, karena Surat Keputusan sudah resmi keluar. Biasanya kalau bertugas di tempat yang baru, ada dialog dan pemberitahuan dahulu sebelumnya. Inilah yang namanya kejutan bagi saya," kata pria kelahiran 23 Maret 1983 ini.
Ternyata ini bukan yang pertama kalinya Romo Alfons ke MBK. "Dua bulan lalu saya diutus ke Malang menghadiri suatu acara. Sekalian saja saya ambil cuti dua minggu, serta berkunjung ke saudara-saudara lainnya. Bersama seorang Bruder, saya singgah ke Paroki Maria Bunda Karmel. Saat itu saya dicukur rambutnya sama Ngatiman, karyawan MBK. Lalu ada seorang bapak menghampiri dan kami bincang-bincang santai," ceritanya. Setelah selesai dicukur, bapak itu berkata kepadanya "Selamat jalan Romo. Semoga nanti bertugas di paroki ini." ucap bapak tersebut. Ternyata nubuat dari bapak terbuat menjadi kenyataan.
Kota Jakarta adalah kota yang sibuk, macet, penduduknya banyak; hal itulah yang dibayangkan Romo Alfons tetang ritme kerjanya. Pada saat datang kembali ke MBK, Romo tidak kaget lagi, karena tahu bahwa MBK jumlah umatnya sangat banyak dan banyak pula yang harus dilayani, karena MBK adalah paroki yang besar.
Dalam hati Romo sempat bertanya, "Apakah saya siap? Bisakah ya saya di sini? Romo lain saja deh yang sudah terbiasa di kota!" Dalam seminggu itu, Romo tidak sempat membereskan barang-barang, berharap hari terakhir masih ada kejutan lain atau tidak jadi ditugaskan ke kota.
Sebelum berangkat, romo yang pernah bertugas di MBK memberikan informasi bahwa dinamika menggereja di MBK sangat hidup, umatnya dinamis, kreativitas umatnya bagus, semangatnya luar bisa, umatnya kritis-kritis, jadi perlu membekali diri.
Pria yang suka bernyanyi dan bermusik ini, selama setahun belakangan bertugas di rumah retret Pusat Spiritualitas Karmel, Tanjung Pinggir, Pematang Siantar, mengurusi bidang rekoleksi dan retret. Padahal Surat Keputusannya bertugas selama tiga tahun, "Akhirnya saya pindah ke MBK."
Dari Projo ke Karmel
Kalau mendengar riwayat para romo, umumnya mereka tertarik menjadi imam karena sering melayani menjadi misdinar, pihak keluarga berteman dengan romo, dan lainnya. Sedangkan bagi Romo Alfons, menjadi misdinar tidak pernah, kenal atau akrab dengan seorang romo juga tidak, permintaan dari orang tua pun juga tidak. Menurutnya, sejak SMP sering pergi ke gereja bersama ayahnya atau tanpa ayahnya, walaupun orang tuanya adalah aktivis gereja. "Pada saat itu saya tertarik melihat sosok romo berdiri di depan, di situlah hati saya terpanggil. Saya juga mengagumi sosok Romo Mangunwijaya Pr. Saya masuk seminari supaya saya pintar main bola. Jadi bisa dibayangkan, motivasi saya campur aduk semuanya," ujarnya.
"Awalnya, saya ingin masuk Ordo Projo. Namanya anak-anak, ada saja tingkah yang kurang cocok. Rasanya cocok ke Ordo Karmel, akhirnya saya masuk dan ternyata cocok," ucap penggemar steak ini.
Perjalanan menjadi imam tidaklah berjalan mulus, hal ini juga dirasakan Romo Alfons. "Di seminari menengah saya dikeluarkan karena nakal. Ada jadwal latihan koor di kapel, tapi sayanya cuek malah pergi, lempar buah mangga ke pagar pula. Akhirnya ketahuan sama romo rektornya, dan terlalu nakal maka detik itu juga saya dikeluarkan. Sebenarnya, saya sudah mengirimkan surat lamaran ke Ordo Karmel. Ternyata semakin jalan berliku yang saya lewati, semakin banyak pula campur tangan Tuhan buat saya," tuturnya.
Sampai sekarang, Romo Alfons merasa takjub dengan hidup panggilannya, karena sebelum bercita-cita menjadi romo, orang tuanya sudah terlebih dahulu mengharapkan anak ketiga dari empat bersaudara ini menjadi romo. Tentu saja orang tuanya senang, bahagia, antusias, dan mendukung sekali.
Bagi pria kelahiran 23 Maret 1983 ini, menjadi karmelit adalah suatu kebanggaan baginya, karena karmelit itu seorang pendoa. Menurutnya, inilah cita-cita yang paling sulit, orang harus taat berdoa, meditasi, diam, hening, tenang, orang lebih suka beraktivitas. "Kami dipanggil pertama-pertama untuk bertemu dulu dengan Allah, bersekutu dulu dengan Allah, sebelum bertemu dengan umat. Dapat sesuatu dulu dari Allah baru dibagikan ke umat. Jujur, saya orangnya jahil, heboh, apa adanya, di samping itu saya juga mencintai kesendirian, keheningan," akunya.
Semangat Karmel
Ke depannya, pria yang ditahbiskan 27 Oktober 2012 ini akan menggantikan tugas-tugas Romo Andy. Tentunya, cara kerja dan ritme kerjanya pun akan berbeda di tempat tugas yang lama dengan di MBK. "Saya sudah diminta untuk mendampingi Orang Muda Katolik, karena katanya saya ini masih muda. Saya siap saja. Waktu ditugaskan ke Jakarta pun saya harus siap. Tentu saja di MBK pelayan-pelayanan gerejanya jauh lebih profesional. Sudah ada visi misi, terstuktur, tersusun program kerjanya, sehingga ini memudahkan saya tidak harus mulai dari dasar lagi," katanya.
Romo Alfons mempunyai motto tahbisan yaitu Yohanes 15:16b Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Baoa dalan nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu.' Romo berharap buah-buah yang didapatkan dapat dibagikan ke banyak orang.
Penggemar bulutangkis ini tentunya mempunyai banyak harapan selama bertugas di MBK. "Saya menjadi lebih dewasa lagi, semakin matang, dan semakin mencintai dalam hidup panggilan, baik itu pujian maupun kritikan, semua itu akan membangun hidup saya dan saya harus berjuang. Saya bertugas di MBK tentunya karena Ordo Karmel mempercayai saya, maka saya menjaga kepercayaan tersebut, dan ingin memperkenalkan lebih dalam lagi tentang spiritualitas dan semangat Karmel. Saya ingin berkarya lebih baik lagi," harapnya.
"Dalam hidup beriman ini yang paling utama adalah bagaimana kita menjalin hubungan pribadi dengan Tuhan. Tidak ada banyak manfaatnya jika orang ikut kegiatan ini, kegiatan itu, dan kegiatannya lainnya jika seseorang tidak membangun relasi pribadinya dengan kuat kepada Tuhan. Begitu pula dengan hidup berumah tangga, OMK, dan lainnya, tetap harus menjalin relasi dengan akrab kepada Tuhan. Semoga umat MBK mampu berjumpa dengan Tuhan, mampu menemukan dengan Tuhan, mampu menemukan Tuhan dalam setiap pekerjaan, karena Tuhan adalah sumber kedamaian," pesannya.
Lihat Juga:
Renungan Harian
Minggu, 3 Maret 2024
Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...
Jadwal Misa Rutin
Sabtu | Pukul 16:30 |
Pukul 19:00 | |
Minggu | Pukul 06:30 |
Pukul 09:00 | |
Pukul 11:30 | |
Pukul 16:30 | |
Pukul 19:00 |