Hilangnya Essensi Hari Kemerdekaan Indonesia

 Andreas S. Pratama  |     9 Aug 2014, 09:30

Hari Kemerdekaan Indonesia kerap kita rayakan dengan penuh sukacita. Di setiap tempat, baik komplek perumahan atau perkampungan, kita pasti akan bisa menemukan berbagai acara-acara yang meriah yang umumnya berisi perlombaan-perlombaan yang bersifat tradisional, mulai dari lomba makan kerupuk, panjat pinang, dsb.

Tetapi sayangnya, kemerdekaan kini hanyalah sebuah perayaan yang lebih bersifat tradisional, lebih dirayakan secara turun-temurun. Kita pun mulai kehilangan esensinya, lupa akan makna dari semangat perjuangan dan malah larut dalam sebuah euforia penuh hura-hura. Kita tak lagi ingat dengan sebuah kewajiban penting, yaitu menjaga kemerdekaan tersebut dengan merawat budaya dan tradisi Indonesia yang terkenal kaya di mata internasional.

Ironisnya, masyarakat Indonesia justru sudah termakan oleh semangat modernisme. Tidak ada lagi semangat untuk mengajarkan atau menurunkan ajaran budaya dan tradisi. Namun ketika kebudayaan kita "dicuri", barulah seluruh warga Indonesia tersadar dan bersatu-padu mempertahankannya, meskipun terkadang sudah terlambat. Tak percaya? Baca saja berita soal klaim Malaysia atas kain Batik dan Pulau Sipadan Ligitan yang telah lepas dari Indonesia.

Demi mengingatkan kembali akan kewajiban tersebut, maka Gereja Maria Bunda Karmel akan menggelar sebuah acara khusus untuk memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia. Acara yang diadakan pada malam 16 Agustus 2014 nanti ini akan berbentuk sebuah parade kesenian yang menampilkan berbagai keragaman budaya dari ujung paling barat (Sabang) hingga paling timur (Merauke) di Indonesia.

Parade kesenian ini sendiri akan dibalut oleh sebuah pentas drama komedi satire yang menampilkan lima orang veteran perang yang mewakili berbagai daerah di Indonesia dengan segala keunikannya. Kelima veteran ini sendiri nantinya akan mengemban tugas untuk mencari sebuah "harta karun" dan akan melakukan perjalanan mengarungi daerah-daerah di Indonesia.

Acara yang awalnya merupakan gagasan dari Romo Heri ini sendiri memiliki tujuan yang sederhana, yaitu untuk menyadarkan kembali bahwa kita adalah bangsa Indonesia, bangsa yang besar dan kaya akan suku, agama, dan budaya. Bangsa yang "Gemah Ripah Loh Jinawi".

Adalah kewajiban kita, khususnya anak-anak generasi muda untuk mencintai dan melestarikan berbagai kekayaan budaya di Indonesia. Karena kalau bukan kita, siapa lagi?

Lihat Juga:

Fokus (WM) Lainnya...  Kembali

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi