Mengenal Oktaf Paskah

 Yeremias Jena  |     8 Apr 2017, 10:05

Perayaan kebangkitan Tuhan Yesus diperingati oleh Gereja sampai delapan hari kemudian. Itulah yang disebut Oktaf Paskah. Kita memperpanjang sukacita kebangkitan Kristus selama delapan hari sampai hari Minggu Kerahiman Ilahi atau Hari Minggu Paskah Kedua. Perayaan yang meriah merupakan tingkatan tertinggi dalam pesta-pesta liturgis. Selama perayaan Ekaristi dalam Oktaf Paskah, seperti juga pada hari Minggu, Kemuliaan biasanya dinyanyikan, meskipun kadang-kadang juga hanya diucapkan. Dan di akhir dari setiap misa selama Oktaf Paskah, Alleluia setelah berkat penutup dinyanyikan dua kali.

Mengenal Oktaf Paskah

Tradisi Oktaf Paskah berakar secara kuat dalam Perjanjian Lama. Ada banyak sekali pesta dan perayaan orang Yahudi yang berakhir dalam delapan hari. Misalnya, perayaan Paskah Yahudi (Passover) dan hari raya Tabernakel. Dalam tradisi Gereja Katolik kita merayakan delapan hari Perayaan Natal (Oktaf Natal) dan delapan hari Perayaan Paskah (Oktaf Paskah).

Bacaan Injil yang dibacakan selama Oktaf Paskah diambil dari perikop-perikop yang berhubungan dengan berbagai penampakan Tuhan Yesus setelah kebangkitan. Berbagai bacaan itu mengundang kita untuk merefleksikan berbagai kisah kebangkitan dan dengan begitu memperpanjang sukacita kebangkitan sampai delapan hari. Setiap hari selama delapan hari itu kita berseru dengan suara lantang: Inilah hari yang dijadikan Tuhan; mari kita bersukaria kita bersorak-sorai dan bersukacita karenanya (Mzm 118:24).

Oktaf Paskah akan berakhir di hari Minggu kedua masa Paskah, yakni hari raya Kerahiman Ilahi. Hari Minggu Kerahiman Ilahi ditetapkan oleh Paus Yohanes Paulus II dalam perayaan Ekaristi ketika Beliau mengkanonisasi Suster Faustina Kowalska. Pada waktu itulah Santo Yohanes Paulus II mengumumkan bahwa sejak hari itu ke depan di seluruh Gereja Katolik, Minggu kedua Paskah akan disebut hari raya Kerahiman Ilahi. Tepatlah kiranya penetapan ini, terutama di puncak Oktaf Paskah. Yohanes Paulus II sendiri mengatakan bahwa Kerahiman Ilahi adalah "anugerah Paskah yang diterima Gereja dari Kristus yang bangkit dan yang dipersembahkan kepada umat manusia."

Bagi Santo Yohanes Paulus II, "Kerahiman adalah dimensi cinta yang tak-terhindarkan." Dia menyebut kerahiman sebagai nama kedua dari cinta. Cinta kasih Allah sungguh nyata dalam kerahiman-Nya. Dan ini nyata dialami dalam peristiwa kelahiran, kematian, dan kebangkitan Kristus. Inilah yang kita maksudkan dengan hidup dan mengaktualisasi dalam kehidupan kita dan dalam kehidupan Gereja itu sendiri. Tuhan Yesus memberitahu Santa Faustina tiga jalan bagaimana kita dipanggil untuk mempraktikkan belas kasih dan kerahiman Ilahi kepada sesama, yakni melalui tindakan nyata, melalu tutur kata, dan melalui doa. Mengasihi dan mencintai seperti yang dilakukan Yesus tidak pernah bisa dilepaskan dari praktik kasih kepada sesama. Tuhan Yesus menegaskan dalam Sabda Bahagia, bahwa orang yang berbahagia adalah mereka yang lemah lembut, murah hati, dan yang membawa kedamaian (Mat 5: 5, 7, 9).

Bacaan Injil di hari Minggu Kerahiman Ilahi mengisahkan penampakan Tuhan kepada para Rasul di malam pertama hari Minggu Paskah. Ketika menampakkan diri-Nya, Yesus memperlihatkan tangan bekas paku dan lambung bekas tikaman. Inilah luka-luka kemuliaan yang menyingkapkan Kerahiman Ilahi. Pada waktu itu Yesus juga mewariskan kepada para rasul kekuasaan untuk mengampuni dosa: "Terimalah Roh Kudus. Barangsiapa yang dosanya kamu ampuni, dosanya akan diampuni, dan barang siapa yang kamu nyatakan dosanya tetap, maka dosanya tidak akan diampuni." Itulah Sakramen Rekonsiliasi yang melaluinya kita mengalami kerahiman Ilahi, yakni ketika Allah mengampuni segala dosa dan kesalahan kita melalui berkat dan pengampunan para imamNya.

Di hari Minggu Kerahiman Ilahi kita melantunkan Mazmur 118 yang menyatakan kemurahan hati dan kerahiman Allah, yakni Dia yang telah membebaskan Israel dari Mesir. Mazmur ini menggambarkan rasa syukur kita kepada cinta Allah yang tak pernah berkesudahan dan kerahiman-Nya yang terus membebaskan kita dari berbagai belenggu dan persoalan. Bersyukurlah kepada Tuhan sebab Ia baik/ kekal abadi kasih setia-Nya.

Kita bisa mengisi Oktaf Paskah dengan persiapan batin secara baik, merenungkan setiap bacaan yang kita dengar selama delapan hari tersebut, membawanya dalam doa dan laku tapa, dan akhirnya mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. Delapan hari berturut-turut sesudah Minggu Paskah sampai hari Minggu Kerahiman Ilahi akan menjadi kesempatan untuk merenungkan kerahiman Ilahi; bahwa kasih Allah kepada manusia sungguh luar biasa sampai rela mengorbankan Putra-Nya yang tunggal untuk menebus dosa-dosa kita. Tanggapan kita adalah melanjutkan Kerahiman Allah itu dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan kita sehari-hari.

Lihat Juga:

Fokus (WM) Lainnya...  Kembali

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi