Para Santo yang Mampir di Ignatius Peis
1 May 2014, 22:40
Sehari sebelum proses kanonisasi Paus Yohanes XXIII dan Paus Yohanes Paulus II, warga Ignatius Peis mengadakan sarasehan yang bertajuk "Para Santo Modern dan Teladan Iman." Sarasehan yang diadakan di kediaman Ibu Evie Simonata yang asri dan sejuk itu dipimpin oleh Paul Heru Wibowo. Dalam kata pengantarnya, ia menerangkan bahwa sarasehan tersebut diadakan sebagai animasi agar umat dapat semakin mengenal sepak terjang Paus Yohanes XXIII dan Paus Yohanes Paulus II.
Menurutnya, kanonisasi terhadap kedua paus itu sungguh istimewa karena tiga alasan. Pertama, baik Paus Yohanes XXIII maupun Paus Yohanes Paulus II adalah figur pemimpin yang berjiwa besar, sederhana, terbuka, dan berani. Tiga bulan setelah diangkat sebagai Paus, misalnya, Paus Yohanes XXIII menyatakan perlunya diadakan Konsili Vatikan II. Konsili yang dibuka pada tahun 1962 ini diikhitarkan sebagai sarana agar Gereja Katolik dapat hadir di tengah permasalahan dunia sehingga semua orang mampu mengarahkan diri untuk mencapai kesucian sorgawi. Sementara itu, Paus Yohanes Paulus II, tidak lama setelah diangkat sebagai Paus pada tahun 1978, berbicara di tengah para pemimpin dan masyarakat komunis Rusia tentang Yesus Kristus sebagai kekuatan orang beriman.
Kedua, karisma yang ditampilkan kedua paus itu sungguh berakar pada kecintaan mereka terhadap Kristus. Maka, perhatian mereka tertuju kepada pihak tersingkir dan tersisih. Paus Yohanes XXIII adalah seorang pendengar sejati. Ia mendamaikan hubungan antara Gereja Katolik Roma dan Gereja Katolik Orthodoks. Ia juga menyelamatkan banyak orang Yahudi dari holocaust di kamp Auschwitz. Sebaliknya, Paus Yohanes Paulus II kerap melakukan banyak perjalanan untuk menyapa bangsa-bangsa yang tidak tersentuh kasih Kristus. Ia mengampanyekan perdamaian sebagai jalan untuk menghentikan peperangan dan komunisme, menaruh perhatian pada inkulturasi budaya, dan mencintai orang muda di seluruh dunia.
Ketiga, kedua paus itu memiliki sejumlah dokumentasi yang begitu banyak. Paus Yohanes XXIII meninggalkan catatan perjalanan spiritual sejak menjadi seorang seminaris sampai akhir kematiannya. Selain itu, ia juga meninggalkan begitu banyak surat yang ia tulis bagi keluarganya. Paus Yohanes Paulus juga II meninggalkan kaleidoskop sejarah yang begitu lengkap, entah tertulis entah visual, sehingga kita dapat mengetahui bahwa setiap jengkal pergumulan yang dilakukannya merupakan usaha serius demi keluhuran martabat manusia sebagai citra Allah.
Setelah pembeberan kisah kehidupan, para peserta mulai berdiskusi dan melakukan sharing. Ternyata, beberapa peserta sarasehan punya kenangan akan kehadiran Paus Yohanes Paulus II pada tahun 1989 di Jakarta, Yogyakarta, Maumere, dan Dili. Berbagi kisah pun tidak dapat dilerai di tengah sajian bakso panas yang disediakan tuan rumah. Sarasehan malam itu jelas tidak dapat merangkum prestasi kedua santo baru itu secara detail. Acara tersebut hanya mengingatkan kita bahwa kesucian bukanlah prestasi yang sekonyong-konyong datang. Sebagai keluarga, kita semua dipanggil untuk mewujudkan kesucian seperti kedua paus besar itu melalui sikap dan tindakan kasih.
Lihat Juga:
Renungan Harian
Minggu, 3 Maret 2024
Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...
Jadwal Misa Rutin
Sabtu | Pukul 16:30 |
Pukul 19:00 | |
Minggu | Pukul 06:30 |
Pukul 09:00 | |
Pukul 11:30 | |
Pukul 16:30 | |
Pukul 19:00 |