Jakarta

  1 Nov 2012, 10:58

Penulis pekan lalu berada di kota Medan dan Danau Toba di Sumatera Utara. Di kamar di ketinggian Swiss Bell Hotel ada pemandangan aliran kali yang membelah kota, dengan pinggirannya dipenuhi rumah-rumah kumuh. Namun air kali itu bersih dan tak tampak buangan sampah-sampah terbungkus plastik. Demikian juga dengan pemandangan pinggiran Danau Toba menjadi tertata bagus, karena kaki limanya diatur rapi dan bersih. Sebuah perubahan drastic selama lima tahun terakhir ini. Semua menjadi terungkap karena pejabat pemerintah daerahnya turun tangan. Penulis bertatap muka dengan Bupati Simalungun dan Pangdam Kodam I Bukit Barisan yang kebetulan adalah saudara penulis.

Kembali ke Jakarta, di mana pekan ini pelantikan gubernur DKI Jaya dan wakilnya untuk pertama kalinya diramaikan dengan pesta rakyat. Djoko Wi dan Ahok adalah sebuah cermin keinginan rakyat Jakarta untuk berubah. Minimal Jakarta menjadi kota berbudaya dan beradab. Jakarta memang tumbuh, tetapi hampir setiap orang merasakan pertumbuhan yang tidak manusiawi, tidak nyaman untuk kehidupan manusia yang berbudaya. Maka akibatnya warganya terkena xenophobia, psikosis, saling iri, pamrih dan keras menjurus saling teror. Warisan-warisan budaya hancur seka-ligus memarjinalkan manusia.

Kata orang, semua ini kan perubahan? Wah! Benar? Ruang kota tumbuh nyaris tanpa kendala diseret oleh kekuatan pasar/modal. Sementara ruang sosial tak mendapat peluang untuk tumbuh. Jakarta ditelan gairah predator berakibat patologis sosial, tetapi semua orang tak menyadarinya karena sudah menjadi bagian dari banalitas kota. Maka ramai-ramai bahwa kemiskinan ditunjuk sebagai sumber masalah, sejajar dengan dengan kekumuhan atau kekurangberadaban. Pantas saja pengemis, pemulung, PKL adalah torehan yang tak sedap di pandangan mata. "Kambing hitam" segala persoalan kota besar.

Mau berubah bukan hanya mulai dari "atas" tetapi juga harus merubah mentalitas penduduknya. Minimal mau diatur. Mulailah dulu dengan bersih lingkungan dan etika berlalu lintas. Yang lain akan mengikuti.Selamat bekerja Djoko Wi dan Ahok! (ED)

Lihat Juga:

Editorial (WM) Lainnya...  Kembali

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi