Pulang
19 Aug 2011, 15:27
Beberapa hari belakangan ini kita saksikan saudara-saudara kita yang khususnya akan merayakan Hari Raya Lebaran, sibuk perjalanan mudik ke kampung halaman masing-masing. Lebaran sudah merupakan hari raya lintas batas, bukan hanya umat Muslim saja, terlebih-lebih untuk kita, umat MBK, yang bukan asli Jakarta. Lebaran sudah menjadi milik bersama. Intinya adalah pulang, dan menjadi naluri manusia di manapun pasti ingin pulang. Minimal setiap hari ya, pulang ke rumah masing-masing. Di sana semua kita berasal, ada kehangatan keluarga,saling membutuhkan, kasih, dan sebagainya.
Penulis sendiri bisa membayangkan, punya asal kampung halaman di Solo.Setiap pulang kampung, kapan saja selalu ada momentum sosiologis. Apalagi kalau menjelang Natal, ya, sekira sama dengan mereka yang merayakan Lebaran di kampung. Momentum sosiologis kultural yang mengaduk-aduk perasaan antara bahagia dan cemas. Bahagia karena menemukan makna eksistensial kemanusiaan kita masuk kedalam "sarang" asal muasal kita dalam pelukan kehangatan sanak saudara dan handai taulan. Kebahagiaan ini lengkap jika bertemu dengan orang tua. Ada rasa cemas, karena pulang kampung kini memerlukan ongkos banyak. Persiapan panjang, materi maupun non materi. Bayangkan, bagaimana "penderitaan" di jalanan? Bisa penuh pengorbanan dan resiko.
Konsep pulang menuju kampung halaman ibarat kembali ke "lubuk" sejarah, tradisi, budaya dan akar sosial kita. Dulu, ketika belum pensiun dan terlanda kesibukan kerja, kita seperti "mesin" dan dihargai orang karena fungsi kita. Pasti suatu saat kita perlu istirahat untuk kembali sejenak menemukan jati diri dan menghilangkan "kerobotan" kita. Di kampung kita merasa menjadi salah satu komponen penting dan bermakna dalam komunitas sosial kultural. Di sinilah kita menemukan "Oase" penyegaran dan pencerahan kembali sekaligus kehangatan kekerabatan.
Inilah sebenarnya inti dari pulang itu. Lha, kalau sekarang pulang dilandasi dengan pamer kesuksesan yang bisa diwujudkan dengan materi. Ini sudah terkontaminasi iklim metropolitan di mana uang menjadi paspor budaya. Maka pulang kampung sudah kehilangan makna. Hari Raya hanya momentum artificial saja.
(ED)
Lihat Juga:
Renungan Harian
Minggu, 3 Maret 2024
Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...
Jadwal Misa Rutin
Sabtu | Pukul 16:30 |
Pukul 19:00 | |
Minggu | Pukul 06:30 |
Pukul 09:00 | |
Pukul 11:30 | |
Pukul 16:30 | |
Pukul 19:00 |