Melayani
27 Aug 2017, 06:10
Melayani itu tidak mudah. Agar bisa melayani, orang harus bersedia merendahkan diri. Harus lebih peduli pada sesama, meski kondisinya tidak memungkinkan. Pertanyaannya, apakah itu mungkin? Mungkin saja, dan itu dilakukan oleh bocah enam tahun bernama Tijn Kolsteren dan Bradley Lowery sampai mati.
Tijn divonis menderita kanker otak ganas, diperkirakan hidupnya tinggal 1-2 tahun apabila rutin dilakukan kemoterapi. Saat menjalani kemoterapi pertama, Tijn bertanya kepada dokter yang merawat. "Apakah banyak anak kecil seperti saya yang menderita kanker otak?"
Dokter menjawab, "Di seluruh dunia ada banyak anak yang menderita kanker otak. Namun, kamu beruntung karena memiliki orangtua yang kaya raya. Anak yang miskin tentu tidak tertolong." Sejak saat itu, Tijn lalu mengambil cat kuku milik ibunya dan melakukan sesuatu untuk menolong anak miskin penderita kanker otak.
Di sekolahan, Tijn membuka jasa pengecatan kuku dengan upah 1 Euro. Harapannya, bisa mengumpulkan beberapa ratus Euro untuk menolong anak penderita kanker otak. Namun, pelayanan Tijn tiba-tiba menjadi gerakan kemanusiaan di Belanda. Tidak hanya teman sekolah, aktris, aktor, pengusaha, bahkan Perdana Menteri Belanda, Mark Rutte pun minta dicat kukunya.
Awalnya, Tijn hanya ingin mengumpulkan beberapa ratus Euro, tapi sebelum meninggal pada Kamis malam, 6 Juli 2017, waktu Belanda, ia berhasil mengumpulkan 2,8 juta Euro. Seluruh media ternama seperti straitstimes.com, independent.co.uk, theguardian.com, maupun dutchnews.nl menjuluki sebagai Malaikat pelayan kecil dan Si Kecil teladan banyak orang.
Sehari setelah Tijn meninggal, sepakbola Inggris berduka. Bradley Lowery, yang baru berusia enam tahun menyusul, meninggal dunia pada 7 Juli 2017 waktu Inggris. Bradley, fans cilik klub Sunderland ini divonis menderita kanker otak langka neuroblastoma. Kisah tragis bocah Bradley yang melayani berfoto demi penggalangan dana untuk anak penderita kanker otak ini menyentuh rasa kemanusiaan pesepak bola di Inggris.
Jermain Defoe, Romelu Lukaku, Pep Guardiola hingga pemain-pemain top Premier League Inggris pernah berfoto bersama bocah ini. Kini, senyum dan tawanya tak lagi menghiasi Premier League 2017/2018. Anak pemberani itu telah pergi bersama para malaikat.
"Dia adalah superhero kami dan melakukan banyak petarungan besar. Tidak ada kata-kata yang bisa menggambarkan betapa hancurnya hati kami," tulis media-media ternama di Inggris dan Eropa.
Kisah nyata yang menyentuh nurani. Mari kita melayani dengan hati, tidak ada kata terlambat.
Lihat Juga:
Renungan Harian
Minggu, 3 Maret 2024
Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...
Jadwal Misa Rutin
Sabtu | Pukul 16:30 |
Pukul 19:00 | |
Minggu | Pukul 06:30 |
Pukul 09:00 | |
Pukul 11:30 | |
Pukul 16:30 | |
Pukul 19:00 |