Steril
26 May 2012, 09:30
Bersamaan dengan Perayaan Kenaikan Tuhan Yesus ke Surga, umat Katolik Yogyakarta, sekaligus memperingati satu abad Sri Sultan Hamengku Buwono IX dalam suatu Misa Agung di Lapangan Tritis, Pakem. Dalam kotbahnya Kardinal Julius Darmaatmadja mengingatkan kembali semangat dan perjuangan, nasionalisme Sri Sultan terhadap Negara dan bangsanya. Ia libatkan tahtanya dan sekalian harta priba-dinya untuk Republik Indonesia.
Selain mengakui dan melebur daerah kekuasaannya kedalam NKRI, juga merelakan harta keratonnya untuk membayar gaji pemerintah. Demikian besar jasanya, sampai Presiden RI pertama, Soekarno, menetapkan Yogyakarta sebagai Daerah Istimewa, sekaligus menetapkan Sri Sultan bersama Paku Alam sebagai kepala daerah dan wakilnya. Dan sepertinya, fakta itu akan dihilangkan oleh mereka yang kini sedang berkuasa.
Fenomena tentang usaha menghilangkan fakta sejarah itu akan selalu terjadi setiap saat, manakala terjadi pergantian generasi. Terlebih generasi kekuasaan. Dan hal ini sudah menggejala di berbagai bidang kehidupan, dengan kata lain generasi penerus sepertinya tak pernah menghargai jerih payah atau perjuangan pendahulunya. Kini di era digital ini semua telah digantikan serba pragmatis. Sejarah itu hanya sebuah cerita masa lalu dan waktu kini sudah berubah. Mereka yang tak mau berobah akan dimakan zamannya. Gereja Katolikpun juga berubah sejak Konsili Vatikan II, namun tak meninggalkan sejarahnya. Sejarah penyelamatan umat manusia oleh Yesus Kristus.
Umat Katolik Yogyakarta tak melupakan akar sejarah nenek moyangnya. Kehidupan menggerejanya tak steril, Yogyakarta tak terpisahkan dengan sejarah berdirinya RI. Tak lupa pula akan pelaku-pelaku sejarahnya. Peringatan seabad Sri Sultan Hamengku Buwono IX oleh umat Katolik Yogyakarta, berarti umat peduli dan begitu menghormati para pendahulu. Ditengah gonjang-ganjing kehidupan sosial politik, tentang RUU Keistimewaan DIY, yang kini terkatung-katung di Pusat. Umat Katolik Yogyakarta mengambil sikap.
Ini yang menjadi contoh bagi umat Katolik di mana saja di Indonesia ini. Bahwa hidup menggereja itu tidak steril, Kita berlaku bak "ikan dalam air". Airnya keruh atau coba untuk dikeruhkan, mosok diam saja. Atau malah "meloncat" ke kolam lain?
(ED)
Lihat Juga:
Renungan Harian
Minggu, 3 Maret 2024
Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...
Jadwal Misa Rutin
Sabtu | Pukul 16:30 |
Pukul 19:00 | |
Minggu | Pukul 06:30 |
Pukul 09:00 | |
Pukul 11:30 | |
Pukul 16:30 | |
Pukul 19:00 |