Jujur

  24 Jun 2011, 22:44

WM di tahun 2007 menulis tentang kejujuran seorang petani sederhana, Pak Waras, yang rumahnya terendam habis lumpur Lapindo. Ia mengembalikan uang ganti rugi sebesar Rp 429 juta dari Rp 485 juta yang diterimanya dari PT Minarak Lapindo. Ia kaget karena ia hanya minta ganti rugi Rp 56 juta saja sesuai dengan harga rumah dan halamannya. Kejujurannya ini dibalas oleh PT tersebut dengan menghadiahi rumah beserta isinya kepada Pak Waras. Media tidak memberitakan, penulis menerima berita kejujuran ini dari Salahuddin Wahid, tokoh NU Jatim, adik Gus Dur yang selalu memantau perkembangan kondisi korban lumpur Lapindo.

Lain lagi Siami (32), yang melaporkan contekan massal di sekolah anaknya, SD Negeri Gades 2, Tandes, Surabaya. Anaknya, Alif, disuruh gurunya untuk memberi contekan kepada teman-temannya sewaktu ujian nasional. Akibat kejujurannya itu keluarga Siami diusir oleh warga kampungnya sendiri. Gerakan dukungan kepada Siami datang dari mana-mana termasuk tokoh-tokoh nasional. Mengapa? Kejujuran selalu ditunjukkan oleh orang-orang akar rumput. Ironi dengan para elit yang sudah berpenghasilan besar, tetapi kemungkaran, keserakahan, ketidak puasan duniawi selalu dominan.

Memang, sepertinya kita semua ini begitu rindu akan adanya kejujuran di tengah kehidupan yang berkubang lumpur ketidakjujuran, kebohongan, ditambah hidup di negara klepto-krasi semua aparatnya berjiwa maling. Seperti kutipan wartawan Kompas, Budi Shambazy di mana legislathieves, eksekuthieves, judikathieves. Menggambarkan Indonesia sekarang ini. Ketika peristiwa Siami ini ditindaklanjuti dengan gerakan kejujuran nasional yang dicanangkan di Jakarta oleh sejumlah tokoh. Rupanya hanya menjadi bahan tertawaan dan sinisme saja di mana saja. Muara sinisme itu memang beralasan karena kejujuran harus dimulai dari sekitar istana kepresidenan dulu. Nah, loe! Apa-apa harus dimulai dari presiden dulu.

Ini memang menggambarkan bahwa rakyat butuh panutan dari "atas". Sanggupkah kita meretas bahwa hubungan manusia jangan diukur dengan uang, harta benda baik rumah/tanah/deposito dll. Sepanjang penegakan hukum amburadul seperti sekarang. Orang susah membedakan antara haram dan halal. Juga membedakan antara humor dan tremor..ha,ha,ha...

(ED)

Lihat Juga:

Editorial (WM) Lainnya...  Kembali

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi