Thukul

  24 May 2013, 10:38

Ini bukan kisah Thukul Arwana yang popular di acara "Bukan Empat Mata". Namun kisah Wiji Thukul, seorang penyair, pejuang dan pembela kaum buruh,yang dilenyapkan pemerintah Orba menjelang kejatuhannya. Memperingati 15 tahun Reformasi majalah TEMPO (13/19/5/013) menurunkan edisi khusus tentang penyair kelahiran Solo ini. Kebetulan ia lahir dan besar sekampung dengan penulis, kampung Kalangan, Jagalan, Solo bagian timur. Wiji Thukul juga seorang Katolik, remajanya aktif di Gereja sebagai anggota koor dan menyanyi tanpa membawa buku nyanyian karena lagu-lagu Gereja ia sudah hafal semua. Edisi khu­sus TEMPO ini patut dibaca oleh umat Katolik terutama OMKnya.

Sebuah cerita panjang tentang penyiar yang berbadan kurus, kerempeng, kalau bicara cedal, namun ketika ia membaca puisi-puisi ciptaannya membuat jenderal asuhan Soeharto marah besar. Sampai Kopassus di bawah Prabowo Subianto membentuk tim khusus (Tim Mawar) untuk melenyapkannya.Sampai di sini, terlihat peran umat Katolik yang ikut berjuang demi kebebasan bangsa dan negaranya, selama ini selalu dinihil­kan. Majalah TEMPO selalu mengangkat hal-hal yang berbau sejarah, sampai andil umat-umat yang kadang-kadang dilupakan. Sebagai umat Katolik, penulis bukan saja bangga mempunyai pahlawan seperti Ignatius Slamet Ryadi, Agustinus Adi Sutjipto, Yos Soedarso, Ignatius Dewanto dst. Kini juga dengan Wiji Thukul. Orang bebas boleh suka atau tidak suka. Namun penulisan tentang Wiji Thukul di majalah yang terkenal kritis, sangat menjunjung tinggi reputasi umat Katolik dalam kancah dinamika perjuangan kebebasan demokrasi bangsa.

TEMPO mengingatkan bahwa kejahatan kemanusiaan tidak pernah kenal kedaluwarsa pengusutan-nya, sepanjang pelakunya belum pernah diusut. Wiji Thukul bukan teroris, sen­jatanya hanya puisi yang salah satu judulnya "Lawan!". Akan tetapi karya kreatif tersebut mampu membuat kesatuan elit Negara mem­buru dan melenyapkannya. Melenyapkan Wiji Thukul persis seperti midak wohing ranti, menginjak buah ranti, gampang.

Kita memang sekali-sekali jangan melu­pakan sejarah. (ED)

Lihat Juga:

Editorial (WM) Lainnya...  Kembali

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi