Bencana
25 Jan 2014, 14:54
Belum lama ini para (bekas) anak buah di kantor penulis dulu berkunjung ke rumah di Bintaro. Kesannya seperti berada di daerah Bogor yang banyak pohon-pohon besar rindang, sejuk, dan bisa bernapas lega. Memang benar, pohon tanjung, bintaro yang kami tanam 8 tahun lalu sudah besar-besar menaungi sekitar hunian yang terasa nyaman banget jika cuaca panas. Seandainya penulis belum pensiun, maka taman sebelah rumah bisa dirapikan lagi untuk arena permainan anak-anak. Terutama anak penghuni kampung belakang, yang rata-rata anak warga kontrakan dan setiap sore main sepakbola di sana.Penulis sudah menyatu dengan mereka.
Lalu, apa hubungannya dengan bencana yang akhir-akhir ini menimpa di berbagai tempat di Tanah Air kita? Terutama kota Manado yang lebih dari separo bagian kotanya tertimpa banjir bandang. Kebetulan kota ini penduduknya mayoritas warga Nasrani, dan tentu setiap bencana beredar rumor dihubungkan dengan supra natural. Persis ketika bencana tsunami yang menimpa pesisir selatan Aceh. Sebelum bencana datang di tanggal 25 Desember 2004, warga sana melarang kebaktian Natal di kota dan perayaan Natal dipindah ke bukit. Ketika banyak warga Nasrani berkumpul di bukit, tsunami datang menerjang. SMS kenalan di Manado melukiskan, Manado ibarat Sodom & Gomorah, rumahnya terendam sampai empat meter. Mobilnya "lari" sendiri.
Atas musibah ini jangan menyebutkan hukuman dari "Atas". Musibah merupakan otoritas alam, sebagai manusia kita tak kuasa menghadapinya, yang bisa kita lakukan mencegahnya dengan menyikapi secara arif. Manado misalnya, pantainya direklamasi untuk pusat perbelanjaan dan bukit-bukitnya dipapras untuk perumahan. Akibatnya tak ada resapan air, dan tak bisa mengalir ke laut karena terhalang reklamasi. Para pecinta lingkungan jauh-jauh hari sudah memberi peringatan. Semua cuek! Akibatnya, ya seperti Sodom & Gomorah.
Mencintai lingkungan ini tugas kita. Apa yang penulis lakukan di perumahan adalah setitik usaha pelestarian lingkungan. Mencegah bencana. Yang belum berhasil adalah mendidik untuk buang sampah. Ini menyangkut budaya dan kepedulian. Kalau yang satu ini penulis belum tahu rumusnya. (ED )
Lihat Juga:
Renungan Harian
Minggu, 3 Maret 2024
Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...
Jadwal Misa Rutin
Sabtu | Pukul 16:30 |
Pukul 19:00 | |
Minggu | Pukul 06:30 |
Pukul 09:00 | |
Pukul 11:30 | |
Pukul 16:30 | |
Pukul 19:00 |