Butuh Pemimpin Penerang dan Penggerak Zaman

  22 Dec 2011, 04:53

Ketika mendengar kabar atau melihat berita melalui TV segala kejadian tindakan kekerasan dengan mengatasnamakan agama di mana saja, tentu di Tanah Air sendiri. Apalagi ketika menyaksikan sendiri peristiwa seperti acara peringatan Hari Lahirnya Pancasila 1 Juni 2009 lalu di lapangan Monas Jakarta. Di mana para peserta dicegat oleh orang-orang ormas tertentu yang memukul dan menendang para pendemo sambil meneriakkan Asma Allah. Maka penulis pun berandai-andai, jika "tuhan" itu tidak hanya satu? Pasti tuhan mereka adalah tuhan yang tidak memperhatikan ciptaan, atau yang kebal terhadap penderitaan kita, tuhan yang membukukan dan selalu mencatat dengan keras segala dosa dan kejatuhan kita. Ya, semacam polisi keabadian, tuhan yang mudah tersinggung, tuhan yang sedikit-sedikit minta dibela, dan selalu memberi nilai biru dan nilai merah. Kita umatnya yang masingmasing mempunyai rapor kenaikan kelas?

Butuh Pemimpin Penerang dan Penggerak Zaman

Nah, dari sinilah penghayatan iman Kristiani kita bertolak. Apa yang kita imani tentang Tuhan harus sesuai seperti apa yang diwahyukan melalui Kitab Suci. Tuhan yang menjaga para janda dan mereka yang miskin. Tuhan yang menjatuhkan hujan bagi mereka yang baik dan jahat. Tuhan yang menerima mereka yang asing dan memeluk musuh-musuhnya. Tuhan yang demikian ini tidak menuntut kita hadir dihadapan-Nya dengan utuh tanpa salah dan dosa. Justru di hadapan-Nya, kita boleh hadir dengan diri kita sendiri yang tidak sempurna. Terpecah-pecah dalam sequel segala kekurangan kita akibat dosa-dosa, kegagalan-kegagalan, dan ketidakberhasilan.

Dari sinilah kita menyelami makna Natal melalui pengalaman kita masing-masing. Pasti pengalaman itu ada benang merahnya yang ujung-ujungnya adalah Natal bukan Natal kalau tidak ada hadiah. Jujur saja, siapa yang setiap Natal tidak menerima atau memberi hadiah? Dan hadiah Natal terbesar adalah cinta! Inilah yang membuat kita selalu hidup bergairah dalam kesempatan apapun, dimanapun. Cinta adalah obat selain bagi yang sakit, di tengah kegelapan, menimbulkan harapan ditengah kebuntuan. Maka ilustrasi dari awal tulisan ini bagi mereka yang tega menganiaya sesama atas nama agama, sebenarnya akibat kalbu yang kusut, jiwa yang kusut, timbul ketegangan menyebabkan hati sakit.

Butuh Pemimpin Penerang dan Penggerak Zaman

Setiap Natal yang dirayakan adalah identik dengan cinta, yang dalam sejarah atau pengalaman Christian Compassion bisa mendorong perorangan atau suatu pemerintahan untuk menjalankan politik etis. Contoh nyata adalah semasa kita dijajah Belanda yang benar-benar memeras rakyat. Di satu pihak, Belanda melalui orang-orang yang beretika, merasa bertanggungjawab untuk memajukan bangsa Indonesia dengan politik etikanya, antara lain dengan pengajaran melalui dunia pendidikan. Siapa tidak kenal Douwes Dekker dan kawan-kawan? Perjuangan mereka melahirkan bapak-bapak bangsa Indonesia, para pemimpin sebagai penerang dan penggerak zaman. Itulah yang kita butuhkan sekarang!

Kini Natal 2011 di tengah "kegelapan" dan amburadulnya keadaan. Buat kita sendiri seperti mendapat ilham dari kemenangan atlet-atlet kita di gelanggang SEA Games XXVI November lalu. Tak peduli persiapan yang carut marut dan dilanda korupsi, tetapi semangat cinta Tanah Air dikedepankan. Ketahanan cinta mampu menjaga napas kebangsaan. Roh dari semangat itu bahwa cinta memperoleh pemenuhannya bukan apa yang bisa ia dapatkan, melainkan pada apa yang ia berikan. Umat Katolik mengenalnya dengan berbagi. Dengan itu makna Natal akan selalu membawa semangat baru buat kita semua.

Selamat Natal dan Tahun Baru 2012.

Ign. Sunito

Lihat Juga:

Editorial (WM) Lainnya...  Kembali

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi