Macet
26 Oct 2015, 11:43
Jakarta macet itu sudah biasa. Setiap hari penulis berjuang melawan kemacetan dalam perjalanan Bintaro- Pal Merah dan harus memutar dulu melalui Pondok Indah untuk menghindari " jalur neraka " Ciledug sehubungan ada proyek jalan raya Ciledug- Tendean. Namun kali ini yang penulis alami luar biasa, hari Senin (12/10/15)sudah dua jam lebih dijalan baru sampai di jembatan Permata Hijau. Ternyata lalu lintas terkunci di dua titik, di lampu lalu lintas Permata Hijau dan Kebayoran Lama. Tidak ada yang mau ngalah terlebih sepeda motor yang terus melaju. Penulis putus asa, balik lagi ke rumah melalui Joglo dan ternyata macetnya berlawanan arah sudah sampai Joglo. Luar biasa!
Melanggar peraturan lalu lintas sepertinya sudah biasa, terlebih bagi pengendara sepeda motor, angkot, sudah terkena stigma doyan sekali "selingkuh ", istilah popular sekarang.Tidak setia kepada aturan atau tak peduli tentang tujuan positif setiap aturan. Maunya menang sendiri, mau serba cepat sendiri, serba gampang, serba menguntungkan diri sendiri. Enggan berpikir, tak peduli, tak sabar, tak setia kepada kesepakatan yang ada. Kalau kita hubungkan dengan "selingkuh cinta " maka hidup akan "kosong" anak dan keluarga menderita. Selingkuh lalu lintas, bayarannya bisa nyawa, orang bisa luka atau cacat seumur hidup. Tak sabar berapa menit saja bayarannya mahal menghasilkan akibat yang tak terduga semula.
Akibatnya meluas, bisa hukum tidak dilihat sebagai hal yang positif untuk kebaikan bersama. Aturan /hukum hanya dilihat sebagai pengekang kebebasan pribadi dan harus dikalahkan. Aturan hanya paksaan dari luar maka tak wajib ditaati. Lebih luas lagi kesemrawutan lalu lintas Jakarta adalah CERMIN kesemrawutan yang lebih besar. Jakarta sebagai pusat pemerintahan menjadi ajang perebutan kekuasaan yang praktiknya jorok dan kumuh. Setiap hari kita disuguhi "perselingkuhan " para birokrat dari legislathieves, eksekuthives, dan yudikathieves. Kaum kumuh yang setiap hari nonton gaya hidup para selebrities di TV dan menirunya ibarat kere munggah bale (gelandangan naik ke tempat tidur).
Lalu, apa sikap kita? Di jalan raya tumbuhkan sikap peduli dan tanggungjawab terhadap keselamatan bersama, diri sendiri/keluarga/ dan orang lain.
Lihat Juga:
Renungan Harian
Minggu, 3 Maret 2024
Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...
Jadwal Misa Rutin
Sabtu | Pukul 16:30 |
Pukul 19:00 | |
Minggu | Pukul 06:30 |
Pukul 09:00 | |
Pukul 11:30 | |
Pukul 16:30 | |
Pukul 19:00 |