Macet

  14 Feb 2015, 09:00

Kota Jakarta mendapat awu anget julukan kota tak teraman oleh survey majalah The Economist, ditambah juga kota yang mempunyai lalu lintas terburuk di dunia oleh Castrol Magnate Stop-Start Index 2014. Indikatornya adalah jumlah berhenti (stop-start) tiap mobil tiap tahun, di mana tiap mobil mengalami 33.240 kali berhenti terjebak kemacetan lalu lintas. Kota lain yang terburuk LL-nya setelah Jakarta, Istanbul (Turki), Surabaya, dan St. Petersburg (Rusia). Sebagai ilustrasi jika penulis ingin misa di MBK, perjalanan dari Bintaro tempat tinggal penulis jarak 15 km rata-rata ditempuh satu jam dan kalau hari Sabtu sore bisa satu setengah sampai dua jam. Belum ke tempat lain.

Macet

Lalu lintas Jakarta adalah cermin kesemrawutan kehidupan warganya atau malah lebih besar lagi bangsa ini. Di jalan raya macet berebut jalur selangkah demi selangkah, mengenyampingkan etika dan aturan. Nabrak rambu-rambu LL tak kenal malu. Persis dianalogikan Jakarta sebagai pusat pemerintahan menjadi ajang perebutan kekuasaan politik yang praktiknya jorok dan kumuh. Setiap hari disuguhi tontonan buruknya birokrasi. Menang-menangan siapa yang kuat. Lihat saja perebutan kekuasaan menjadi pimpinan DPR ditambah sekarang ini konflik KPK-POLRI yang hampir berlarut. Ditambah lagi di jalan raya setiap hari berhimpitan antara mobil-mobil mewah dengan mobil butut. Bak kehidupan masyarakatnya kaum pinggiran berhimpitan dengan para selebriti semuanya dengan gaya masing-masing.

Semua kepengin menang di jalan raya. Serempetan sedikit bisa situasi seperti terbolak balik yang bener jadi yang salah, bisa rame-rame di-"bully" dan contoh nyatanya adalah adegan antara motor-mobil. Juga terjadi kekerasan rebutan lahan parkir serta angkot berebut penumpang. Kesemrawutan ini mengakibatkan kota Jakarta ini sebagai Kota Minus Keteladanan dan hal itu kita tonton sehari-hari. Pelajarnya tawuran dan para pendatang baru lalu mengincar lahan kosong untuk ditinggali secara illegal. Menjadi masalah sosial akut jika terkena penggusuran karena lalu berhubungan dengan para preman. Pendek kata kesemrawutan LL juga cermin dari kehidupan masyarakat.

Sepertinya tidak habis-habisnya kalau kita sekadar menyorot kesemrawutan ini. Namun optimisnya juga ada jika Jakarta mempunyai pamong ala JKW-Ahok. Semoga Ahok-Djarot juga bisa memenuhi harapan warga.

(Ed)

Lihat Juga:

Editorial (WM) Lainnya...  Kembali

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi