Era Baru

  14 Jul 2014, 11:34

Indonesia baru saja menyelesaikan pilpres/cawapres 2014 dan siapapun pemenangnya nanti mempunyai pekerjaan berat dan sejumlah PR yang harus dihadapi. Pemerintahan yang akan dipimpin oleh presiden ke-7 RI ini kini tengah dan akan berkubang dalam persoalan moral bangsa. Persoalan utama yang akan mengganjal di depan, hal itu ditandai dengan masih banyaknya kekuatan status quo, terutama yang berada di Senayan. Di mana para"pendekar" yang periode lalu gigih untuk mengebiri KPK masih pada bercokol. Pekan lalu media menyoroti bagaimana sikap koruptor Akil Mochtar yang dihukum seumur hidup, tak menyesali sedikitpun atas perbuatannya. Dan selama sidang terus menerus menunjukkan sikap menantang.

Di tengah bulan suci Ramadhan, di mana ritual keagamaan semarak tetapi korupsi tak pernah surut. Akil sebagai contoh utama cerminan di mana kini sosok para pejabat negara yang bersih, bisa menjadi teladan ibaratnya sudah tidak ada lagi. Semua sudah terlanda iklim transaksional,pragmatis, hedonistis, materialistis, machiavelis, yang sudah menjadi pembenaran kemorosotan moral bangsa. Guna memperbaiki tak perlu mencari-cari kesalahan. Hendaknya pemerintahan baru RI nanti bisa membawa ke era baru, sebuah tekad untuk mendengarkan nurani sehingga etika dan moral mampu mengontrol nafsu kebinatangan. Hampir sebulan ini kita disuguhi syiar agama tidak hanya sebagai kesalehan ritual,namun juga kesalehan sosial, terpancar di hampir semua tempat dari tempat-tempat ibadah maupun stasiun-stasiun TV.

Semua etikad baik ini memang harus dijalankan serentak dan harus diawali oleh para pemangku kekuasaan, dari penegakan hukum secara konsekuen, dukungan politis terutama kepada KPK, keteladanan pejabat yang sudah berada di posisi hilir. Di posisi hulu adalah dunia pendidikan, karakter. Memang kerja berat, kalau mengingat bagaimana kita hampir terpecah belah masa kampanye lalu. Jika semua menyadari bahwa krisis moral bangsa ini perlu diperbaiki, maka era baru bukan suatu utopia. (ED)

Lihat Juga:

• Warta Minggu Digital (PDF)

Editorial (WM) Lainnya...  Kembali