Melawan Lupa
19 Aug 2010, 17:51
Sejak pekan lalu area pinggir jalan-jalan Ibu Kota disemarakkan lagi orang berjualan bendera merah putih. Ini mengingatkan kembali bahwa bangsa kita menyambut 17 Agustus, Hari Kemerdekaan RI. Bulan Agustus selalu dikenang sebagai bulan Nasionalisme. Namun rasa kebangsaan itu kini menjadi sindiran nasional. Mengapa? Ingat 2009 tepatnya 14 Agustus ketika Presiden SBY akan pidato kenegaraan di depan DPR. Protokol kenegaraan lupa mengumandangkan lagu Indonesia Raya. Bersama Kita Bisa, slogan kampanye pemilihan presiden dipelesetkan Bersama Kita Bisa Lupa. Maka arti nasionalisme kita juga lupa. Apalagi mata pelajaran sejarah kini dihapus dari kurikulum sekolah. Sengaja lupa atau tidak, kenyataannya memang lupa.
Kalau kita tanggap (tentu semua kita hafal syair lagunya, bukan?), lagu Indonesia Raya karangan Wage Rudolf Soepratman ada wasiat tentang mekanisme melawan lupa (semantiknya). Coba saja Indonesia Tanah Airku, Tanah Tumpah Darahku adalah asal usul kita sebagai bangsa dan visi ke depan. Kemudian Marilah kita berseru Indonesia Bersatu. Berarti asal usul itu memberi kerangka pikir bagi setiap individu sebagai kehadiran kesadaran baru yang tidak boleh dilupakan dan harus terus dibangkitkan, dan seterusnya. Jika kita nyanyikan dengan penuh penghayatan, bulu kuduk kita bisa berdiri. Bak seorang Katolik sejati jika mengikuti Misa memakai lagu Gregorian.
Bulan Agustus juga bertepatan dengan bulan suci Ramadhan, yang bagi saudara-saudara Muslim ibaratnya 11 bulan terlibat urusan duniawi, kini sebulan latihan untuk meningkatkan kualitas kemanusiaan yang tunduk kepada Allah. Diharapkan dan seharusnya menjadi tolok ukur pada bulan-bulan berikutnya. Antara nasionalisme dan religiusme sebenarnya erat hubungannya dalam budaya orang Indonesia. Namun jangan hanya sekedar sampai budaya saja, tetapi idealnya menjadi nilai intrinsik (mengutamakan orang lain demi kesejahteraan bersama) yang menjadi modal religius umat yang berjiwa nasionalis. Memang seandainya disadari, seperti umat Katolik mendapat pesan dari Mgr. Albertus Soegijopranoto "Jadilah bangsa Indonesia 100%, umat Katolik 100%."Sekali-sekali kita boleh, dong! bicara tentang idealisme di tengah suasana Negara yang morat-marit, persatuan dan kesatuan RI yang retak, tawuran di mana-mana, rekening pejabat yang semakin gendut, tak ada penghargaan kepada para pendahulu terlebih para pahlawan, tak ada pemimpin yang jadi panutan. Namun usahakanlah untuk melawan lupa. Minimal jangan lupa ke gereja seminggu sekali.
(ED)
Lihat Juga:
Renungan Harian
Minggu, 3 Maret 2024
Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...
Jadwal Misa Rutin
Sabtu | Pukul 16:30 |
Pukul 19:00 | |
Minggu | Pukul 06:30 |
Pukul 09:00 | |
Pukul 11:30 | |
Pukul 16:30 | |
Pukul 19:00 |