Salib Refleksi Yesus - Pahlawan Yang Tak Mati-mati
7 Apr 2012, 21:15
"Kebangkitan kembali adalah universialisasi dari penyaliban"(Hegel)
Saat-saat menjelang Paskah ketika berdoa di mana saja kebetulan di depan mata penulis terdapat salib dengan patung Yesus tersalib, yang selalu mempunyai makna paling dalam untuk refleksi. Apalagi tahun ini APP yang bertema "Berbagi" selalu dikumandangkan di setiap lingkungan paroki di seluruh KAJ. Paskah adalah metaforis puncak keimanan Kristiani, yang selalu menawarkan cara hidup baru. Seandainya kita mendalaminya dan memaknainya seiring dengan pertambahan usia, pengalaman iman, daya intelektualitas beserta pengalaman sosial secara luas.
Coba renungkan sejenak! Pandanglah tubuh Kristus yang nyaris "telanjang" tergantung di kayu salib. "Mereka membagi-bagikan pakaian-Ku di antara mereka dan membuang undi atas jubah-Ku (Yoh 19: 23-24). Ya, tak ada yang tersisa dari Yesus, segalanya diambil untuk membayar lunas hutang dosa manusia. Kemanusiaan dan Ketuhanan-Nya berpadu sedemikian rupa dalam misteris penebusan salib. Ia menjadi persembahan dan korban untuk keselamatan seluruh ciptaan. Ia adalah Penebus dalam ketelanjangan-Nya, ketidakberdayaan-Nya. Salah satu aspek dramatis teologi Salib adalah sebuah refleksi tentang Tuhan yang "ditelanjangi" (Armada Riyanto - Rektor STF Widyasasana, Malang).
Ketika itu, para peserta konspirasi yang menyalibkan Yesus pasti atau bahkan memastikan bahwa ajaran Yesus akan mati. Semua murid terguncang. Namun kenyataannya kini? Ajaran Yesus tumbuh subur ke seluruh penjuru dunia. Mengutip Filosof Hegel "Kebangkitan kembali adalah universialisasi dari penyaliban", jika sakit dan kematian di Golgota itu ditafsirkan sebagai teladan dari pengorbanan diri secara habis-habisan untuk orang lain yang dekat maupun jauh, untuk siapa saja yang dikenal atau tak dikenal. Jika penyaliban itu dianggap contoh bahwa sengsara dan kematian mampu untuk ditanggungkan tanpa benci dan dendam. Meski dengan kepedihan serta kesunyian yang menusuk (imajinasi penulis seandainya berada di Golgota waktu itu). Maka penyaliban itu sendiri sudah merupakan kebangkitan kembali.
Semua itu peristiwa yang universal, Sang Korban bisa menggugah, bahkan kepada mereka yang tak berada di sekitar kejadian itu. Lebih dari dua abad kemudian termasuk mereka yang bukan Kristen. Sebab itu para murid bukannya kocar-kacir tetapi malah bertambah kesetiaannnya dan makin besar pula pengikut-Nya. Ajaran- Nya yang justru pada dasarnya berdasarkan hampir sepenuhnya pada kata dan laku Yesus. Bukan pada hukum yang tersusun secara lengkap malah semakin lengkap dan kuat manakala Yesus sudah tidak ada lagi.
Budayawan Goenawan Mohammad yang nota bene bukan Kristen melukiskan secara pas dengan mengutip The Monstrosity of Christ, dialog antara Slavoj Zizch seorang atheis dengan John Millbank dalam Theology inateriatis. Bahwa kebangkitan kembali Kristus tak terjadi dengan lenyapnya tubuh dari makam. Tubuhnya yang disiksa tetap selamanya sebagai pengingat yang bersifat Zat. Tapi sementara jasadnya demikian, Kristus "bangkit kembali dalam kebersamaan dengan orang-orang mukmin, The Collective Believers. Ia hidup di "sini" di hati setiap para pengikutnya. Dengan kata lain Yesus adalah pahlawan yang tak mati-mati. Iman Kristiani mengatakan "Jika akan ada kasih di antara kalian. Aku akan berada di sana."
Kasih dalam konteks ini adalah laku menempuh hidup dengan tubuh yang lemah, yang kadang-kadang kesakitan atau tergoda, tapi tiap kali bisa mengatasi diri, karena laku itu tak hanya untukdiri sendiri. Di sinilah Kebangkitan kembali akan selalu berupa Kebangkitan permenungan bukan hanya sekedar ritual pengulangan.
Selamat Paskah 2012!
Ign. Sunito
Lihat Juga:
Renungan Harian
Minggu, 3 Maret 2024
Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...
Jadwal Misa Rutin
Sabtu | Pukul 16:30 |
Pukul 19:00 | |
Minggu | Pukul 06:30 |
Pukul 09:00 | |
Pukul 11:30 | |
Pukul 16:30 | |
Pukul 19:00 |