Berbagi

  1 Jul 2017, 18:28

Berbagi itu tidak mudah. Berbagi juga tidak selalu berhubungan dengan uang dan barang. Berbagi lebih gampang diucapkan daripada dijalankan. Padahal, banyak cara untuk melatih intuisi berbagi. Seperti yang terjadi beberapa waktu yang lalu di Busway dan Kereta Commuter Line. Selalu ada tanda untuk mendahulukan orang yang lanjut usia, wanita hamil, penyandang cacat dan ibu membawa anak.

Berbagi

Namun, yang terjadi - utamanya saat jam sibuk berangkat dan pulang kerja - tanda tersebut tidak berlaku. Semua seolah tenggelam pada gawainya masing-masing, tidak peduli lagi dengan tanda tersebut. Berbagi itu membutuhkan komitmen yang kuat, yang benar-benar keluar dari hati nurani yang paling dalam dan berbagi itu harus dilakukan secara berkesinambungan. Itu yang diisyaratkan Roni Immanuel Tanzil, Stand-up Comedy alias pelawak tunggal atau juga disebut Komika, dalam obrolan beberapa waktu lalu.

Pria kelahiran Manado, 27 September 1978, lebih terkenal dengan nama Mongol. "Ayah saya asli Mongol, ibu saya asli Manado, tapi muka saya muka Batak." Mongol dikenal sebagai Komika termahal di Indonesia. Untuk 10 menit tampil, tarif Mongol 45 juta rupiah. Dan soal honor ini pun juga dijadikan materi komika. Itu kondisi Mongol saat ini, jauh berbeda saat dia datang di Jakarta pada 1998.

Mongol mengaku hanyalah pria miskin yang bercita-cita ingin menjadi pendeta. Sampai di Jakarta, Mongol ditinggal sponsor lalu hidupnya terlunta-lunta. Tuhan mengapa bisa jadi begini, begitu doa Mongol. Dalam kondisi serba kekurangan di tetap setia kepada Yesus, melayani, berbagi dan berdoa di Gereja GISI (Gereja Injil Seutuh Indonesia) di Sunter, yang jemaatnya hampir 90 persen lansia. Untuk bertahan hidup Mongol bekerja di restoran dengan gaji Rp2,8 juta rupiah.

Mongol menganut Persepuluhan dalam persembahan, sambil mengutip ayat dalam Maleakhi 3:10 dan Kejadian 14:20. Komitmen ini terus dipegang dengan suka cita2 Korintus 9:7. Dari gaji yang diterima, Mongol rutin membayar pajak dan 280.000 rupiah dipersembahkan untuk Tuhan. Dengan persembahan tersebut dia bisa berbagi dengan seluruh jemaat lansia di GISI.

Pernah dalam satu periode laris Mongol menerima honor 500 juta rupiah. Ada kebimbangan saat harus melakukan Persepuluhan. "Saya masih manusia." Tuhan ternyata mengalahkan segalanya, 50 juta rupiah langsung dipersembahkan pada Tuhan. Tetapi, satu minggu kemudian, Mongol bertemu pendetanya dengan cincin berlian baru. "Itu..itu..." hanya itu yang keluar dari perasaan Mongol, agar berbagi dengan iklas dan suka cita, Persepuluhan tersebut kemudian dijadikan materi komika.

Berbagi, bisa dimulai dari yang sederhana. Tidak menempati kursi bagi lansia di Gereja Maria Bunda Karmel (MBK). Bagi yang membawa anak kecil, bisa menempati ruangan khusus. Atau berbagi lewat SERBU-ASRI, Ayo Seminari. Seribu, limaratus, duaratus, seratus rupiah sangat bermakna.

Lihat Juga:

Editorial (WM) Lainnya...  Kembali

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi