Goro-Goro
1 Feb 2015, 03:33
Bagi orang Jawa menonton atau mendengarkan pagelaran wayang kulit melalui siaran radio masih banyak digemari terutama generasi seumuran penulis. Sekalipun tidak mengikuti semalam suntuk, namun adegan yang ditunggu-tunggu adalah waktunya munculnya goro-goro. Ini bukan adegan huru-hara melainkan waktunya keluar peranan para punakawan: Semar, Gareng, Petruk, Bagong. Mencerminkan suara rakyat terhadap situasi dan kondisi negara dan bangsa. Kenapa ditunggu-tunggu, di sinilah peran Ki Dalang yang membuat semacam stand up comedy yang benar-benar mengena.
Suatu contoh yang didengar penulis ketika mencuplik adegan goro-goro. Para punakawan (rakyat) resah karena situasi negara ini akibat kegaduhan memilih Kapolri. Isu berkembang luas bahwa Polisi mbanggel melawan presiden, di mana Kapolri Sutarman tidak mau dipanggil JKW. Bertanyalah mereka kepada Bagong, apa benar? Jawab Bagong, "Benar! Soalnya nama Kapolri-kan Sutarman. Pastilah dia nggak mau dipanggil DjokoWi!" Juga Menteri Susi Pudjiastuti ketika presentasi menenggelamkan kapal-kapal asing pencuri ikan, di hadapan para tokoh parpol. Ada seorang ketua parpol nyeletuk, "Baru menenggelamkan tiga kapal saja bangga. Saya, sudah menenggelamkan beratus-ratus rumah, biasa saja!". Maka bersoraklah para penonton karena sindiran yang mengena.
Dalang meskipun harus menguasai pakem jalannya wayang dengan karakteristik para pelakunya, juga harus berpengetahuan umum mengikuti segala gejolak di sekitarnya. Sehingga cerita wayang lebih menarik lagi. Ini juga kaitannya dalam kehidupan kita menggereja. Meski sudah "hafal" pakem ke-Nasranian kita, namun sebagai warga negara juga tidak boleh acuh tak acuh dengan sekitar. Ngomong
sombongnya jadilah kita ini "garam dunia".
Meski tidak harus menjadi "dalang", menjadi perlu terlebih lebih kalau kita kebetulan menjalani karya pelayanan. Berkiblat ke altar jangan lupa dengan pasar.
(Ed)
Lihat Juga:
Renungan Harian
Minggu, 3 Maret 2024
Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...
Jadwal Misa Rutin
Sabtu | Pukul 16:30 |
Pukul 19:00 | |
Minggu | Pukul 06:30 |
Pukul 09:00 | |
Pukul 11:30 | |
Pukul 16:30 | |
Pukul 19:00 |