Tema IV Membangun Sikap Adil dan Beradab dalam Masyarakat
Leo Hendrata | 25 Mar 2017, 12:18
Akhir-akhir ini, hujatan, hinaan, makian -bahkan ancaman- demikian mudah ditemui di hampir semua tempat pada ranah publik. Di media sosial, dengan mudahnya orang mengunggah foto, karikatur, slogan atau sejenis yang dapat memicu kebencian atau kemarahan antar golongan, bahkan banyak berita-berita bohong (hoax) yang tujuannya untuk mengadu domba dan menjatuhkan kelompok, individu, atau merek dagang tertentu. Pada saat yang sama, kekerasan dan kejahatan juga menguat dan meningkat dari sisi kuantitas maupun kualitas. Tokoh masyarakat atau orang-orang yang terkenal jujur dan mempunyai integritas tinggi seakan-akan tenggelam dalam kisah korupsi yang nyaris tidak pernah habis lembaran-lembarannya. Memudarnya keadaban publik ini tidak boleh dibiarkan memburuk, umat diajak untuk bersama-sama mencegah dan memutar balik situasi kembali menjadi damai.
Gereja Katolik Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) dalam ARDAS 2016-2020 mengingatkan kembali bahwa gereja adalah persekutuan yang bergerak. Tidak diam di tempat, melainkan melangkah keluar untuk masuk pada masyarakat, dalam kehidupannya, masalah-masalah yang dihadapi juga harapan-harapan dan menjadi satu dengan mereka untuk membangun sikap adil dan beradab di dalam masyarakat. Banyak tokoh Katolik yang bisa diteladani dan diambil sebagai panutan. Satu di antaranya adalah Romo Van Lith, SJ., yang baru-baru ini menerima Penghargaan Satyalencana Kebudayaan bersama 13 tokoh lain pada 23 September 2016. Kontribusi terbesar Romo Van Lith, seorang misionaris yang datang ke Jawa pada 1896, adalah merintis pendidikan guru yang kontekstual untuk masyarakat pribumi Jawa. Begitu tiba di Jawa, beliau langsung mempelajari kebudayaan setempat dan bersatu tanpa jarak dengan masyarakat setempat. Dengan mengimplementasikan pendidikan dan disiplin barat yang dibawa Romo Van Lith mencetak guru-guru yang berkualitas baik dan disiplin tinggi dengan tetap berbudaya lokal.
Keterlibatan umat Allah telah diperlihatkan dalam Firman Allah, Abraham yang menerima panggilan untuk pergi ke ke negeri baru (Kej 12:1-3), Musa mendengar panggilan Allah: "Pergilah. Aku mengutus engkau" (Kel 3:10-17) dan juga Yeremia (Yer 1:7). Yesus sendiri mengajak untuk "pergi dan jadikanlah semua bangsa muridku" (Mat 28:19). Seiring dengan petunjuk dalam Firman Allah ini, setiap umat Kristiani diajak keluar dari zona nyaman untuk menjangkau seluruh periferi yang memerlukan terang yang akan memberikan perasaan damai dan beradab sehingga menciptakan keadilan.
Melalui kisah Orang Samaria yang Baik Hati (Luk 10:25-37), Yesus menjelaskan apa yang dimaksud dengan 'mengasihi Allah dan sesama manusia sebenarnya' atas pertanyaan seorang ahli Taurat yang mencobai Yesus. Dalam perikop ini, seorang imam dan Lewi lewat begitu saja menjauhi orang yang setengah mati setelah dianiaya dan dibegal dalam perjalanan dari Yerusalem ke Yerikho. Baru kemudian seorang Samaria yang tergerak hatinya oleh belas kasih dan datang menolongnya, bahkan membawanya ke tempat penginapan dan memberinya uang. Pertanyaan Yesus untuk orang-orang di sekitar-Nya dan kita semua: "Siapakah sesamamu sebenarnya di antara mereka itu?"
Dalam Pertemuan IV, Gereja yang adil ini, kita semua di dalamnya, diajak untuk masuk ke dalam masyarakat dan membangun sikap adil dan beradab. Kisah Orang Samaria yang Baik Hati (Luk 10: 25-37) dan misionaris Rm. Joseph Van Lith SJ yang membangun masyarakat sekitarnya makin beradab dan keadilan, memberikan inspirasi kepada setiap individu Kristiani untuk terlibat secara total dalam menolong sesama mewujudkan keadilan dan manusia yang beradab.
Untuk mampu berpartisipasi dalam membangun sikap adil dan beradab dalam masyarakat, kita harus siap masuk ke dalam struktur masyarakat. Bersedia untuk dipilih menjadi Ketua RT/RW/Lurah dalam lingkup masyarakat sekitar lingkungan atau bahkan berkecimpung aktif dalam dunia politik. Siap (mau) dan mampukah saya?
Lihat Juga:
Renungan Harian
Minggu, 3 Maret 2024
Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...
Jadwal Misa Rutin
Sabtu | Pukul 16:30 |
Pukul 19:00 | |
Minggu | Pukul 06:30 |
Pukul 09:00 | |
Pukul 11:30 | |
Pukul 16:30 | |
Pukul 19:00 |