Kembalikan Kejujuran ke Indonesia
7 Apr 2012, 21:12
Melihat kenyataanInilah Aksi Damai di depan Gedung DPR RI Jakarta pada tanggal 19 Maret 2012 yang lalu. Tujuan demo ini ialah mau mengajak semua elemen bangsa untuk kembali pada kejujuran yang dirasa semakin redup dalam pergumulan sosial di Indonesia.
Berita singkat ini menunjukkan semakin menghilangnya kejujuran, semakin sulit menentukan seorang yang sungguh jujur. Ini berarti bahwa moralitas sudah mati. Orang tidak lagi mempunyai ketajaman suara hati yang bisa mendorong untuk melakukan yang baik dan menghindari yanga buruk. Akal budi tidak bisa menangkap mana yang baik atau buruk, benar atau salah. Yang penting apakah saya diuntungkan tanpa menyadari apakah orang lain dirugikan. Mengapa bisa seperti ini? Orang semakin serakah dan berjiwa materialistik yang mengukur status-martabat seseorang hanya pada materi atau harta dunia saja. Inilah kenyataan yang memprihatinkan. Indonesia tinggal menunggu waktu kapan masuk jurang keterpurukan.
Bangkit dan bergeraklahHanya orang yang berkehendak baik, tidak tinggal diam. Ada tekad menegakkan kejujuran. Ada tekad berantas korupsi. Memang ada KPK, tetapi bagaimana jalannya? Kita semua paham. Bagaimana caranya agar keadaan bisa berubah? Bukan dengan demo sambil maki-maki koruptor, bajingan perampok uang negara.
Marilah bergerak mulai dari diri kita masing-masing dengan gerakan serentak mulai dari yang tertua sampai yang termuda. Kita mulai bergerak dari keluarga kita masing-masing. Bukankah keluarga adalah sekolah kejujuran? Keluarga itu sekolah kejujuran. Seperti halnya dalam hidup iman, demikian pula orang tua itu guru yang pertama dan utama dalam kejujuran. Dalam keluarga anak disadarkan dan diyakinkan untuk bertindak jujur. Jujur berarti bersikap lurus, mau mengatakan apa adanya, seperti apa yang diketahui, didengar, dilihat atau dialaminya sendiri tanpa olesan apapun. "Janganlah engkau bersumpah palsu demi kepalamu, karena engkau tidak berkuasa memutihkan atau menghitamkan sehelai rambutpun. Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat"(Mat 5: 36-37). Orang jujur itu mujur dan panjang umur. Apa pengajaran Ayub? "Camkanlah ini: Siapa binasa dengan tidak bersalah dan di manakah orang yang jujur dipunahkan? Yang telah kulihat ialah bahwa orang membajak kejahatan dan menabur kesalahan, ia menuianya juga. Mereka binasa oleh nafas Allah, dan lenyap oleh hembusan hidung-Nya"(Ay 4: 7-9).
Kepada siapa kita harus jujur? Pertama pada diri sendiri, berarti mengada-ada, misalnya pinjam uang untuk syukuran. Ia malu pada teman-teman, bila tidak mengadakan acara syukuran. Kedua, jujur terhadap orang lain. Mau mengatakan apa adanya, tidak bohong, walaupun ada resiko. Ketiga, jujur terhadap Tuhan.Berarti mau bertanggungjawab atas anugerah iman sebagai konsekuensi atas janji baptis.
Memang tidak mudah. Di rumah, di sekolah anak diajar dan dilatih untuk menjadi jujur, tetapi di luar rumah dan sekolah, anak bakalan menghadapi kenyataan berbeda, seperti ungkapan "yang jujur akan hancur, akan dimusuhi". Contoh tak mau ikut nyontek, atau KKN justru dianggap biasa. Kalau semua dianggap biasa. Orang jujur berarti melawan arus, menabrak gunung dan binasa.
Berkat Spiritualitas EkaristiBeranilah melawan arus. Kita mempunyai kekuatan rohani yang mendalam, yaitu iman akan Allah dalam Yesus Kristus Putera-Nya. Hanya dalam Kristus kita yang disibukkan dengan pergumulan hidup seperti masalah kejujuran, kita menemukan jati diri kita dan makna hidup yang membahagiakan. Belajarlah dari pengalaman Santo Agustinus: "Hatiku tak pernah merasa damai sampai aku beristirahat di dalam Engkau, ya Tuhan". Tuhanlah sumber kebahagiaan kita dan Dialah yang memberi arti dan maksud hidup ini. Maka, hanya jika kita sampai kepada Tuhan, barulah kita menemukan damai dan pemenuhan makna hidup. Kesaksian dari banyak orang membuktikan hal ini: ada banyak orang yang secara materiil tak kurang suatu apapun, tetapi tidak bahagia, sementara ada orang-orang lain yang hidup sederhana, tetapi dapat sungguh berbahagia dan menikmati hidup.
Yakinlah bahwa kita dapat sampai kepada Bapa, lewat Yesus Kristus. Bersama Kristus siapa takut? "Tinggalah di dalam Aku", sabda Tuhan, ".....Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia akan menghasilkan buah banyak, sebab tanpa Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa"(Yoh 15: 4 dan 6). Tujuan tinggal dalam Kristus ialah agar kita semakin berakar dalam iman,iman, berarti terjalin hubungan pribadi antara kita, saya dan anda, sehingga kita mengalami Dia sebagai kekuatan dan keberanian hidup. Caranya ialah menjalin usaha keakraban melalui hidup doa, hidup dari Sabda, rajin menerima sakramen-sakramen, terutama Ekaristi sebagai sumber dan puncak hidup Kristiani. Inilah spiritualitas Kristiani dengan puncak pada Kristus sendiri. Dia hadir dalam Ekaristi. Dalam Kristus kita bisa bersatu dan menjadi satu Tubuh.
Jadi dengan menerima Ekaristi atau menyambut komuni, Tuhan tidak saja hadir, tetapi "tinggal" di dalam kita, sehingga kita mengambil bagian di dalam kehidupan ilahi, kehidupan yang memberikan kita kekuatan untuk menghadapi tantangan hidup seperti kejujuran yang semakin meredup dan lama-kelamaan menghilang di tengah masyarakat kita. Maka di tengah tantangan hidup seperti ini, marilah kita membuka diri agar berkat Rahmat Kristus kita boleh semakin berakar daya iman kita.
Bersama Kristus, siapa Takut? Tuhan memberkati. Amin.
Romo Poespo O.Carm
Lihat Juga:
Renungan Harian
Minggu, 3 Maret 2024
Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...
Jadwal Misa Rutin
Sabtu | Pukul 16:30 |
Pukul 19:00 | |
Minggu | Pukul 06:30 |
Pukul 09:00 | |
Pukul 11:30 | |
Pukul 16:30 | |
Pukul 19:00 |