Maria Bunda Karmel
Moyud | 17 Jul 2016, 05:58
Ketika masih di Seminarium Marianum, Malang pertengahan tahun 80-an, saya diminta oleh romo pembina untuk mulai memikirkan pilihan. Ada dua arus besar yang ada di depan mata, yakni menjadi imam diosesan atau religius biarawan.
Saya pribadi tidak mengalami kesulitan berarti. Karena dua alasan. Pertama, hati ini masih tetap membara menjadi imam Karmelit seperti pastor paroki saya. Beliau seorang Karmelit sejati. Dialah Romo H Demmer, O.Carm. Kendati usia sudah uzur, beliau semangat melayani, mengajar, dan hadir di tengah keluarga umatnya. Bagi saya, dialah orang hebat. Hidupnya sangat bermanfaat bagi sesamanya. Belum lagi terlihat jelas, beliau mempunyai devosi kuat pada Bunda Maria. Terbukti rosario selalu hadir di tangannya.
Kedua, ketika di seminari pun, saya mendapat pendampingan dari para frater, bruder dan romo-romo Karmelit. Jadi, saya terus terang mendapatkan asupan pengajaran, baik langsung atau tidak darinya. Ternyata, mereka adalah orang-orang baik dan hebat, kendati sederhana. Ada kehidupan rohani dan kecintaan pada Bunda Maria yang terus ditekuni.
Dari cerita ini, sebenarnya saya mau menyampaikan dan menegaskan hakikatnya, yakni dahsyatnya keteladanan hidup dalam mencintai Bunda Maria. Itulah pengajaran yang otentik. Mereka para Karmelit mencintai Santa Maria dalam sosok Santa Maria dari Gunung Karmel. Dia tetap Maria yang satu, yakni Bunda Yesus Kristus. Hanya nama Santa Maria dari Gunung Karmel ini menjadi tokoh inspirator, pelindung, dan teladan bagi para Karmelit.
Ditilik dari sejarahnya di Abad ke-12, para pertapa awali Karmel menghayati hidup dengan bertapa di Gunung Karmel. Di tengah-tengah bilik-bilik pertapaan itu, dibangun kapel St Maria. Dari data ini, jelas kehidupan para Karmelit sungguh-sungguh mau mengikuti Yesus Kristus dengan inspirasi, terladan, dan perlindungan St Maria. Tersebutlah selanjutnya Santa Maria dari Gunung Karmel.
Ketika Paroki Tomang Gereja Katolik di sini mengambil nama pelindungnya, yakni Maria dari Gunung Karmel, karena dari awal berdirinya gereja di sini adalah para biarawan atau para Romo Karmelit. Mereka ingin menularkan Spiritualitas Karmel pada gereja atau para umat di KAJ ini. Spiritualitas itu hidup doa (komtemplasi), persaudaraan, dan pelayanan di tengah umat.
Yuk, kita semua maju dalam mencintai Bunda Maria Karmel, yakni setia dalam doa, bersaudara dengan siapa pun, dan saling melayani bukan menguasai. Bila nilai-nilai adiluhur ini kita wujudkan, niscaya akan menjadi cermin dan keteladanan yang akan memikat banyak orang untuk beriman pada Tuhan Yesus. Selamat berpesta nama pelindung. Tuhan memberkati kita semua.
Lihat Juga:
Renungan Harian
Minggu, 3 Maret 2024
Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...
Jadwal Misa Rutin
Sabtu | Pukul 16:30 |
Pukul 19:00 | |
Minggu | Pukul 06:30 |
Pukul 09:00 | |
Pukul 11:30 | |
Pukul 16:30 | |
Pukul 19:00 |