Wajah Yesus Tidak Hanya Dalam Gambar
4 Mar 2011, 07:59
Duduk tenang dan wajah sejuk dihias senyum tipis, tampak sederetan gigi putih setiap kali menyampaikan balas selamat malam kepada umat yang datang belakangan. Itulah Romo Poespowardoyo O.Carm, gembala umat yang datang menyambangi domba-dombanya di lingkungan St. Benedictus. Hari itu Rabu, 16 Februari 2011. Cuaca seharian terasa kurang bersahabat. Mendung menggelantung diseling gerimis.
Dengan catatan kecil di tangan Romo Poespo mengawali pertemuan malam itu dengan flash back bagaimana liku-liku agama Katolik yang dibawa bangsa Portugis melewati era VOC ke Indonesia. Ternyata agama Katolik berkembang tidak tanpa hambatan. Loncatan sejarah sampai hadirnya Konggres Umat Katolik Seluruh Indonesia, Muksi hingga SGKI 2005 lalu 2011. Topik: "Mengenali Wajah Yesus Dalam Keberagam Budaya" ditekankan Romo Poespo. Budaya menyangkut keseluruhan aspek hidup umat Katolik Indonesia yang beragama a.l: seni musik, sastra adat, pakaian dll.
Romo menegaskan bagaimana musik tradisional yang beragam dapat mewarnai misa dan upacara upacara gereja. Umat Benedictus teringat bahwa Madah Bakti, memuat lebih banyak ragam lagu gereja bernuansa tradisional atau daerah. Kisah Madah Bakti ini disampaikan kepada Romo Poespo. Memang tak ada jawab. Tetapi senyum beliau meyakinkan kita: pasti informasi ini akan menjadi masukan ke komisi musik KAJ. Marilah kita berdoa bersama!!!
Seiring dialog yang lancar dengan topik beragam dari umat, di luar hujan tercurah lebat. Ini bikin keinginan umat untuk hadir jadi terhambat. Tetapi masih ada 40 menit sebelum jam 09.00. Lalu bagaimana wajah Yesus dikenal dan diperkenalkan ke seantero masyarakat dan lingkungan luar gereja? Jelas tidak mungkin kita hanya menunjukkan gambar Yesus gondrong "mahal senyum" yang tergantung di dinding dinding rumah keluarga Katolik. Itupun kalau ada. Memang tak disebut dalam percakapan dengan romo saat itu. Tetapi saya yakin: mengenal, memperkenalkan wajah Yesus tak ubahnya membuktikan diri kita mampu menjadi garam dunia, dengan perilaku layaknya umat Kristiani yang penuh roh kasih dan damai.
Dengan contoh pengalaman pribadi yang menyentuh yang mengandung nilai nilai luhur yang mewariskan keutamaan Kristiani. Tidak melulu bicara tentang dogma dogma atau ayat ayat dalam kitab yang sulit difahami. Topik dialog makin melebar. Romo menyimak dengan sabar. Rupanya umat sadar prinsip Vox Populi Vox Dei dan romonya yang demokratis. Tanpa ragu umat menanyakan sesuatu yang tampaknya tabu dibahas yaitu adanya khotbah yang keras bunyinya (bukan isinya) Umat berdalih: gereja itu rumah Tuhan rumah damai, rumah sejuk rumah hening, tenang. Dan maaf umat tidak tunarungu. Sekali lagi romo hanya senyum. Rasanya romo tidak perlu menjawab. Mengapa? Tanpa bermaksud mengkultuskan, umat amat sangat faham, Romo Poespo jika berhomili selalu bernada "teposeliro" dinamika " tidak ngoyo" temponya "sak madyo".
Waktu bergulir terus. 90 menit terlampaui. Ismanto sebagai ketua lingkungan, menyilahkan siapa yang ingin terus berdialog, namun sebaiknya ditutup lebih dahulu dengan doa dan nyanyian sebagaimana acara ini diawali.
Umatpun pamit kepada Rully Ernawan dan keluarga yang telah menyediakan dan segalarupa kelengkapan terselenggaranya pertemuan penggembalaan termasuk bingkisan lontong Cap Gomeh. Dobbel lagi. Terimakasih Romo Poespo dengan penggembalaannya yang menyejukkan. Tuhan memberkati.
(Suwanto Soewandi - St. Benedictus)
Lihat Juga:
Renungan Harian
Minggu, 3 Maret 2024
Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...
Jadwal Misa Rutin
Sabtu | Pukul 16:30 |
Pukul 19:00 | |
Minggu | Pukul 06:30 |
Pukul 09:00 | |
Pukul 11:30 | |
Pukul 16:30 | |
Pukul 19:00 |